Langsung ke konten utama

Dalam Kondisi Menari


Assalamualaikum warrahullamathi wabarakatu..

          Saudara seiman, semoga kita selalu dirahmati oleh Allah SWT. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan sebuah kisah seseorang yang lalai dalam hidupnya. Tentu kisah ini saya kutip dari sebuah buku karangan Abdurrahman Bakar. Ini adalah buku yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Saudara seiman yang insya Allah selalu di ridhoi-Nya. Kisah ini berjudul “Dalam Kondisi Menari”... dikutip sebagai berikut ~~~

***

          
           Pukul empat sore. Waktu berlalu dan sopir sedang menunggu diluar. Dia meletakkan kemejanya di atas pundak, menaruh kain kerudungnya di atas kepala. “tidak apa-apa, akan kuperbaiki dimobil,” gumamnya.
            Dia naik ke mobil, membuka tuutp kepala, memperbaiki keadaan kemejanya, dan memeriksa isi tasnya; hanphone, uang dan parfum. Tidak ada yang ketinggalan.
            Mobil meluncur kearah salon dengan tenang, mengantarkan sang nona. Mobil berhenti, “jemput aku pukul dua belas,” perintah sang gadis majikan.
            Banyak wanita didalam, “tidak apa-apa, aku adalah pelanggan tetap dan istimewa, pasti pemilik salon mengerti. Jika tidak, Ehm... “ Gumam sang gadis menghibur diri.
            Penyambutan yang ramah, saling membalas senyum, kekhawatiran pun sirna. “tidak terlalu terlambat,” katanya dalam hati.
            Ini dia tempak kondisioner, “tunggu sejam lagi,” kata pelayan.
            Majalah fasion, memamerkan banyak model terbaru. Gadis itu membolak-balik halaman tiap majalah, sambil menuggu panggian.
            Waktu satu jam telah beralu. Azan maghrib berkumandang, dia menyerahkan dirinya kepada seorang pemotong rambut. Rambutnya dikeringkan, suara azan sudah hilang dan shalat sedang berlangsung.
            Memotong rambut, membersihkan kulit kepala, dia terhanyut dalam alunan musik. Dia pindah tempat untuk menyiram rambutnya.
            Azan isya berkumandang, pesta tinggal beberapa jam lagi.
            Dia menaruh kepalanya didepan pelayan pemotong rambut, dia memilih model rambut. Rambutnya beterbangan di udara, terjatuh didepannya. Dia mamandangi cermin dan pangling atas dirinya. Senyum pun terukir dibibirnya, “ tidak ada yang bisa melebihiku.” Gumamnya.
            Wajahnya dihiasi warna-warni. Penampilannya pun berubah. Melihat jam, menaruh kemeja diatas pundaknya, dan meletakkan penutup kepala dengan sangat hati-hati.
            Dia menaiki mobil menuju rumah dengan kecepatan tinggi. “aku sudah terlambat,” katanya.
            Dia mengenakan gaunnya tanpa perasaan malu; punggung dan perutnya kelihatan. Gaunnya menyusut diatas lututnya. “tidak ada yang mengalahkanku,” gumamnya dalam hati.
            Semua mata tertuju kepadanya. Semua orang memperhatikannya dengan pandangan penuh kekaguman. Pandangan benci menjauh darinya, dia memejamkan mata, menenangkan diri. Banyak orang yang berkomentar jorok.
            Dia menari sesuai dengan irama musik, tubuhnya bergetar. Alunan lagu berubah, berubah juga tariannya. Tidak ada yang melebihinya, tidak ada yang mengalahkannya.
Semua orang mengikutinya, semua membicarakannya.
            “Dari mana dia mendapatkan semua ini?”
            “bagaimana dia belajar semua ini?”
            “bagaimana dia bisa hafal semua lagu?”
            Semua orang tahu jawabannya.
            Dia berhenti menari dan terjatuh diatas lantai. Para penonton memekik, para wanita berebutan kearah panggung. Mereka memanggilnya, namun dia tidak menjawab. Mereka menggerakannya, tapi tetap tidak bergerak. Teriakan orang menggema. Mereka membopongnya, menyipratkan air kewajahnya. Ayah dan kakaknya masuk. Suasana menjadi kacau, kesenangan berhenti kesedihan, tawa menjadi tangis. Segala sesuatu terhenti.
            Mereka memberinya pakaian, menutup anggota tubuhnya yang terbuka.
            Dokter datang, memegang tangannya, menaruh stetoskop didadanya. Melenturkan kepalanya pelan-pelan, kemudian sebuah kalimat terlempar dari kedua bibir dokter itu.” Dia sudah meniggal, dia sudah meninggal.”
            Teriakan silih berganti dan air mata bercucuran. Sang ibu menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh putri cantiknya. Sang ayah menyembunyikan wajahnya di balik kedua tapak tangan. “sudah, ibu. Sudah,”kata sang kakak denga suara terbata.
            Sang ibu berdiri dengan sempoyongan, semua mata tertuju padanya. Dia sudah gila, “dia telah mati begini kata dokter,” teriaknya.
            Ayah dan saudara-saudaranya segera beranjak ke tempat sang ibu. Pemandangan yang menyeramkan dan situasi yang memilukan.
            Sang ibu lunglai jatuh ke lantai. Semua saudara perempuannya sama-sama hilang kesadaran, sedang saudara laki-lakinya hanya bisa berteriak, “tidak... tidak... Mustahil.”
            Sang ayah cukup tabah, dia memegang si saudara laki-laki, dan dengan bahasa yang tegas, dia menyuruh para saudara perempuan membawa sang ibu keluar.
            Beberapa wanita dari kalangan keluarga berdatangan. Mereka memandang kearah mayat, air mata mereka berderai. Yang paling tua dari mereka menaruh tangannya diatas kepalanya, “panggil petugas memandikan mayat kesini dan kuburkan dia, setelah shalat.” Perintahnya sambil berjalan menuju sang ayah.
            Sang ayah melenturkan kepalanya, “iya... iya... Inna Lillahi wa inna ilaihi raji un (kita semua milik Allah dan kepadanya kita kembali).”
            Petugas memandikan mayat pun tiba. Dia menyiapkan dipan tempat memandikan, meletakkan kain kafan, dan harum-haruman serta menyiapkan air. “mana mayat yang mau dimandikan?” tanyanya.
Sang bibi berlalu di depannya, membuka pintu. Gadis itu ditaruh diatas ranjang ditutupi dengan selimut tebal. Sang ibu berdiri di sisi ranjang dengan air mata bercucuran.
            Sang petugas memegang kartu kematian; Nama: ...; umur: 18 tahun; penyebab kematian: serangan jantung.
            Dia merasa sedih dan berbicara dengan kalimat-kalimat menghibur kepada semua orang.
            Dia membuka selimut, kesedihan berganti kemarahan, “ kenapa kalian membiarkannya begini. Anggota tubuhnya sudah kaku. Bagaimana kita akan mengkafaninya ?” katanya dengan suara berapi-api.
            Orang-orang yang hadir tidak mampu menjawab, semuanya diam.
            Kemarahan sang petugas semakin bertambah. Tiba-tiba dengan suara parau, sang ibu menjawab, “saat dia meninggal, keadaannya tidak begini. Kondisi ini terjadi ketika setelah beberapa saat dari kematiannya. Dia mati di atas panggung dalam keadaan menari.”
            Air mata sang ibu semakin deras, “akulah penyebabnya. Aku yang lalai dalam mendidiknya. Aku yang menipunya. Alangkah celaka diriku dan dirinya dari azab Allah. Alangkah celaka ayahnya dan seluruh anggota keluarga ini. Dia senang menari dan bernyayi. Lalu dia meniggal dan akan dikuburkan.... Ya Tuhan, kasihani dia. Ya Tuhan, kasihani saya. Ya Tuhan ampuni dia,” kata sang ibu dengan air mata berlinang.
            Segala cara dicoba untuk mengembalikan tubuhnya ke kondisi aslinya, namun hasilnya nihil. Sang petugas mengerahkaan segala kemampuannya untuk mengafaninya.
            Pada saat tenang dan jauh dari pandangan orang-orang, jenazah dibawa ke kuburan. Disana, dia dishalati oleh sang ayah, kakak, dan sebagian kerabat.
            Iya... dia dikuburkan dengan kondisi menari.

***
Saudara/i seiman... begitu banyak hikmah yang dapat kita peroleh dari kisah ini... alangkah baik jikalau kita selalu menyadi bahwa hidup ini tidaklah abadi. Karen kekekalan hanya ada setelah kebangkitan nanti. Iya... kelak di padang masyar. Setelah kali kedua sangkakala di tiupkan. Semoga kita selalu ditempatkankan di sisi yang sebaik-baiknya kelak. Insya Allah.
Penulis mengajak kita semua untuk tidak bersikap sombong terhadap sesama makhluk apa lagi terhadap yang MahaKuasa. Begitu berat balasan dari segala perbuatan yang dilimpahkan kepada seseorang yang sombong lagi lalai. Lalai dari Tuhannya , lalai dari segala perintah dan larangannya.

Gunakanlah waktu yang singkat ini dengan perbanyak ibadah. Tinggalkanlah segala perbuatan yang mengarah kepada dosa, kesia-siaan, dan hal yang dicintai setan.
Selain itu, marilah kita memilih pekerjaan yang menunjang lagi bermanfaat dan bahagia didunia dan akhirat. Bukan dengan menjadi penghibur dengan menampakkan aurat. Ketahuilah bahwasanya wanita adalah mutiara. Iya mutiara yang tersembunyi dan tersimpan dengan baik. Ibarat mutiara yang bersemayam didalam kerang didasar laut yang dalam. Begitu indah ketika mutiara itu terjaga dan hanya ditampakkan pada yang layak yaitu hanya kepada mahramnya saja. Karena bagi muslim sejati kebahagiaan sejatinya hanya peroleh dengan ibadah bukan dengan tontonan yang tidak berfaedah.

Penulis mengajak saudara/i sekalian untuk tidak meninggalkan shalat fardhu walau sesibuk dan sesakit apapun diri kita. Tingkatkan amal dan perbuatan baik. Gapailah ridha dan karunia dari sang Pencipta.
Semoga kelak, kita dapat dikumpulkan di surgaNya. Dijauhkan dari azab kubur dan siksa api neraka. Dan meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Insya Allah... Insya Allah... 
#Insya Allah... 
#Allahu Akbar.


            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

_ Profesi Apoteker __

Dear All... Before we start all of this story... I just wanna say that " Buat kalian semua yang ingin atau akan bertanya seputar Apoteker Unpad, mohon untuk menanyakan rasa penasaran kalian ke mereka lulusan atau angkatan terbaru dikarenakan sistem yang selalu upgrade" (revisi,12/04/19).     :) Hey guys... Welcome to my simple blog My name is Esni La Tambuasa... Pepatah yang pastinya Reader udah pada sering dengar semua yaitu ‘tak kenal maka tak sayang’... so openingnya kita kenalan aja dulu.. #ea Well kali ini aq mw berbagi kisah perjuangan anak sulawesi yang merantau ke jawa buat ngelanjutin studinya... yah aq esni trendnya ezny lulusan S1 Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar angkatan 2012... moment ketika aq dpat gelar S.Farm yah setahun lalu tepatnya tgl 26 April 2016... fleshback kemasa lalu yh.. Reader jangan pda baper yah pas bahas tentang simple past... Jadi, masalah baru akan muncul berentetan ketika kita udah menyandang gelar bar...

Skenario Konseling Pasien ISK

SKENARIO KONSELING TAHAPAN CONTOH KALIMAT 1.       Pengenalan Assalamualaikum... Selamat siang Ibuu/Bpk, perkenalkan nama saya Esni saya apoteker di apotek ini. Boleh minta waktunya sebentar bu ± 5 menit saja. Saya akan menjelaskan tentang informasi penggunaan obat yang ibu dapatkan agar pengobatannya lebih efektif dan ibu cepat sembuh. 2.       Penilaian Awal/ Identifikasi Tujuan : Menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi Hal-hal yang perlu di perhatikan : o   Pasien baru/pasien lama o   Peresepan baru/ peresepan lama/ OTC o   Identitas pasien (ditebus oleh pasien atau keluarga pasien) Dalam memberikan konseling, sebaiknya digunakan pertanyaan terbuka (pertanyaan yang membuat pasien memberikan penjelasan seputar penyakit ataupun obat yang digunakan). Jangan gunakan pertanyaan tertutup (pertanyaan yang ...

DEKLARASI HELSINKI & FASE III UJI KLINIS

FARMASI INDUSTRI Disusun oleh: Harianto 260112160503 Poppy Sarah J 260112160519 Maria selviana R 260112160535 Esni 260112160537 Ratna Fitria E 260112160577 Dhany Alghifari 260112160601 FAKULTAS FARMASI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017 I.               DEKLARASI HELSINKI A.       PENDAHULUAN 1.         World Medical Association (WMA) telah mengembangkan Deklarasi Helsinki sebagai pernyataan prinsip-prinsip etika untuk penelitian medis yang melibatkan subjek manusia , termasuk untuk memperoleh data identifikasi terhadap manusia. Deklarasi ini dimaksudkan sebagai rujukan secara keseluruhan dan masing-masing konstituen paragraf tidak harus diterapkan tanpa pertimbangan semua ayat-ayat relevan lainnya. 2.   ...