Langsung ke konten utama

Analisis Kesehatan Masyarakat di Bantaran Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan Jawa Timur

Analisis Kesehatan Masyarakat di Bantaran Sungai Bengawan Solo

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada program studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran


Oleh
                                                   Popy Sarah Chairunnisa                               260112160597                                             Anthonio                                          260112160525
                            Dhany Al                                        260112160509
                              Panggih                                         260112160575
                             Ezny L.T                                        260112160537
                                 Dila                                             260112160585
                                   


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016


KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin dengan segala rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan inayah-Nya, penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah yang berjudul “Analisis Kesehatan Masyarakat di Bantaran Sungai Bengawan Solo”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada program studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari dengan keterbatasan yang dimiliki dan telah banyak mendapat bantuan baik secara moril maupun materil, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya kepada:
1.       Ibu Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
2.       Dra. Rr. Sulistianingsih, M.Kes., Apt sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat di Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jatinangor, Mei 2017

Tim Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................   2
DAFTAR ISI.......................................................................................................   3
BAB I  PENDAHULUAN..................................................................................   4
1.1     Latar Belakang.................................................................................   6
1.2     Identifikasi Masalah.........................................................................   6
1.3     Prioritas Masalah.............................................................................   6
1.4     Tujuan..............................................................................................   6
1.5     Manfaat............................................................................................   6
BAB II ISI...........................................................................................................   7  
2.1     Kondisi Geografis............................................................................ 7
            2.1.1 Letak dan Luas ..................................................................   8
2.1.3  Topografi............................................................................   9
2.2.3  Iklim...................................................................................   10
2.2     Demografi Penduduk.......................................................................   10
2.3     Mata Pencaharian Penduduk............................................................   11
2.4     Fasilitas Kesehatan...........................................................................   20
2.5     Analisis Kebiasaan / Perilaku Penduduk.........................................   21
BAB III PROMOSI KESEHATAN.................................................................   22
3.1      Analisis Kondisi Lingkungan Sungai Bengawan Solo....................   22
3.1.1   Aspek Konservasi Sumber Daya Air..................................   23
3.1.2   Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air...........................   25
3.1.3   Aspek Pengendalian Daya Rusak Air.................................   25
3.1.4   Aspek Peran Masyarakat dan Sistem Koordinasi...............   25
3.2      Permasalahan di Sungai Bengawan Solo.........................................   26
3.2.1   Derajat Kesehatan di Kabupaten Lamongan......................   28
3.3      Analisis Pelayanan Kesehatan.........................................................   32
3.4      Analisis Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar........................   33
3.5      Analisis Lingkungan........................................................................   35
3.5.1   Analisis lingkungan saat terjadi banjir...............................   35
3.5.2   Analisis lingkungan saat krisis air (kategori ringan)..........   36
3.6      Rancangan Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Madulegi, Kabupaten Lamongan........................................................................................   36
3.7      Materi Penyuluhan ..........................................................................   37
3.7.1   Perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)..................   37
3.7.2   Langkah- langkah CTPS.....................................................   39
3.7.3   Penyuluhan tentang Gerakan Keluarga Sadar Obat...........   40
3.8      Sumber Daya yang Dimanfaatkan...................................................   42
3.9      Analisis Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat........................   42
3.10  Pemantauan dan Evaluasi Penyuluhan Kesehatan...........................   43
BAB IV PENUTUP
            4.1 Simpulan............................................................................................   28
            4.2 Saran.................................................................................................   28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................   29
LAMPIRAN........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Bengawan Solo merupakan nama sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. Sungai yang memiliki panjang sekitar 548,53 km dan bersumber dari Pegunungan Kidul, Wonogiri ini, melintasi dua wilayah administratif propinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah yang dilewati sungai tersebut di antaranya ialah Wonogiri, Pacitan, Sukoharjo, Klaten, Solo, Sragen, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan bermuara di daerah Gresik. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dibagi menjadi tiga Sub DAS yaitu Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun,  dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Wilayah sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai lintas propinsi, maka pengelolaan sumber daya air berada di dalam kewenangan Pemerintah Pusat.
DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi perkotaan dan perdesaan yang ada di sekitarnya, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan ekonomi. Pentingnya peranan DAS dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan DAS Bengawan Solo sebagai salah satu prioritas utama dalam penataan ruang sehubungan dengan fungsi hidrologi untuk mendukung pengembangan wilayah. Selain itu, DAS Bengawan Solo juga merupakan satu sistem ekologi besar yang dalam perkembangannya saat ini mengalami banyak kerusakan dan mengarah pada kondisi degradasi lingkungan. Ada dua indikator degradasi, pertama, konversi lahan hutan di daerah hulu ke penggunaan pertanian, perkebunan, dan permukiman yang menyebabkan terjadinya peningkatan laju erosi dan peningkatan laju sedimentasi. Kedua, terjadinya fluktuasi debit sungai yang mencolok di musim hujan dan kemarau. Berdasarkan pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi, DAS Bengawan Solo merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak mengenal batas wilayah administrasi. Potensi dan persoalan yang ada ini tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja tetapi perlu disikapi bersama-sama secara bijak.
Selain pertimbangan ekologis, sosial ekonomi, maupun sejarah, juga karena keberadaan sumber daya alam DAS Bengawan Solo sebagai sumber daya alam bersama (common pool resources) yang menuntut adanya kepemilikan bersama (collective ownership). Sebagai sumberdaya alam milik bersama, maka sumber daya alam yang terdapat di DAS Bengawan Solo membutuhkan penanganan secara bersama di antara semua pemangku kepentingan atau yang dikenal dengan collective management yang mengarah pada suatu bentuk collaborative management.
Luasnya wilayah Sungai Bengawan Solo juga menimbulkan beberapa permasalahan. Berbagai masalah lingkungan antara lain; banjir, lahan kritis, pencemaran air, erosi (sedimentasi) dan permasalahan sosial lainnya. Banjir akibat luapan sungai merupakan bencana rutin tahunan yang terjadi di beberapa wilayah kota atau kabupaten di Indonesia. Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sungai besar di Pulau Jawa yang sering menimbulkan banjir di beberapa wilayah termasuk Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Masalah kesehatan juga sangat perlu menjadi perhatian khususnya pada warga yang tinggal di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo. Tingginya angka penyebaran penyakit menular, bahkan sampai menimbulkan wabah di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo, lalu munculnya penyakit musiman seperti diare, leptospirosis, ISPA, penyakit kulit, penyakit pencernaan, tifoid tentu merupakan permasalahan yang perlu menjadi perhatian.
Besarnya potensi ancaman kesehatan menyebabkan perlunya untuk dilakukan suatu analisis kesehatan pada suatu daerah. Analisis Kesehatan merupakan kajian menyeluruh atau kajian yang komprehensif guna mendapatkan data selengkap-lengkapnya agar dapat melakukan upaya yang efektif untuk menanggulangi atau menghadapi ancaman masalah kesehatan yang terjadi. Hal-hal yang tercangkup dalam kajian analisis adalah seperti bagaimana pola hidup warga, bagaimana pola makan warga, bagaimana tempat tinggal mereka dan lain sebagainya akan dibahas dalam makalah ini.
1.2              Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Bagaimana kondisi geografis dan demografis penduduk Kabupaten Lamongan, Jawa Timur?
2.      Bagaimana pola hidup penduduk di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo?
3.      Apa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk yang tinggal di kawasan Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur?
4.      Apa sajakah etnofarmasi yang biasa digunakan oleh penduduk yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur?

1.3              Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui kondisi geografis dan demografis penduduk Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
2.      Mengetahui pola hidup penduduk di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo.
3.      Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk yang tinggal di kawasan Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
4.      Mengetahui etnofarmasi yang biasa digunakan oleh penduduk yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

1.4              Kegunaan
Kajian dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai analisis kesehatan masyarakat pasca yang tinggal di daerah sungai Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sehingga dapat dijadikan sebagai data ataupun solusi tambahan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
BAB II
ISI

2.1              Kondisi Geografis
Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12 Kelurahan, 462 Desa. Jumlah Dusun sebanyak 1.432 Dusun dan Jumlah RT (Rukun Tangga) sebanyak 337.820 Rumah Tangga. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).

Tabel 2.1 Wilayah Administratif Kabupaten Lamongan
No
Kecamatan
Ibu Kota Kecamatan
Jarak ke Ibukota Kabupaten (km)
1
Sukorame
Sukorame
51
2
Bluluk
Bluluk
41
3
Ngimbang
Sendangrejo
39
4
Sambeng
Adirejo
31
5
Mantup
Mantup
19
6
Kembangbahu
Kembangbahu
14
7
Suglo
Suglo
17
8
Kedungpring
Kedungpring
29
9
Modo
Mojorejo
37
10
Babat
Bedahan
27
11
Pucuk
Pucuk
17
12
Sukodadi
Sukodadi
11
13
Lamongan
Lamongan
0
14
Tikung
Bakalanpule
8
15
Sarirejo
Dermolemaabang
14
16
Deket
Deketwetan
4
17
Glagah
Glagah
14
18
Karangbinangun
Sambopinggiran
16
19
Turi
Sukoanyar
6
20
Kalitengah
Dibee
25
21
Karanggeneng
Karanggeneng
24
22
Sekaran
Bulutengger
22
23
Maduran
Maduran
27
24
Laren
Gampangsejati
36
25
Solokuro
Panyaman
39
26
Paciran
Paciran
44
27
Brondong
Brondong
50

2.1.1    Letak dan Luas
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º 51‟ 54” sampai dengan 7º 23‟ 6” Lintang Selatan dan antara 112º 4‟ 41” sampai dengan 112º 33‟ 12” Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.812,80 Km2 atau 181.280 Ha yang sebagian terdiri dari daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo yang panjangnya ± 65 Km2 dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km2. Batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai berikut : (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
1.      Sebelah Utara        : Laut Jawa
2.      Sebelah Timur       : Kabupaten Gresik
3.      Sebelah Selatan     : Kabupaten Jombang dan Mojokerto
4.      Sebelah Barat        : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lamongan

            Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan 181.280 ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0– 25 m seluas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25– 100 m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Secara garis besar wilayah kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik : (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
1.      Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif subur, membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk, Sarirejo dan Kembangbahu.
2.      Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan, tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan Solokuro.
3.      Bagian tengah–Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah.

2.1.2    Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilatah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut bila dihitung 4 mil dari garis pantai kearah laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).

2.1.3     Iklim
            Klimatologi Kabupaten lamongan adalah daerah dengan iklim tropis yang dapat dibedakan atas dua (2) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan untuk bulan yang lain curah hujan relatif rendah. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
            Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah kabupaten Lamongan tergolong beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei Sampai dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata – rata 20 - 32º C. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).

2.2              Demografi Penduduk
Sesuai dengan proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 yang diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI in out penduduk, hasil penghitungan jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 tercatat sebesar 1.207.295 jiwa, dengan tingkat kepadatan 666 jiwa per km2. Puskesmas yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar 1.941 jiwa per km2 dan Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah Puskesmas Sambeng yaitu 251 jiwa per km2. Dari wilayah kerja UPT Puskesmas tercatat yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar 92.966 jiwa, sedangkan UPT Puskesmas dengan jumlah penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame yaitu 20.521 jiwa dengan kepadatan 495 jiwa per km2. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Komposisi penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun) sebesar 137.504 (11.39%) sedangkan penduduk yang berusia muda perempuan sebesar 131.140 (10.86%), yang berusia produktif laki-laki (15-64 tahun) sebesar 407.445 (33.75%) sedangkan berusia produktif perempuan (15 – 64 tahun ) sebesar 433.299 (35.89%), dan yang berusia tua laki-laki (> 65 tahun) sebesar 40.501 (3.35 % ) sedangkan yang berusia tua perempuan (≥ 65 tahun) sebesar 57.406 (4.75%). Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebesar 44.00. Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 582.001 jiwa penduduk laki-laki dan 618.557 jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut jenis kelamin adalah sebesar 94.15.
Untuk komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 15 – 19 tahun sebanyak 99.651 jiwa. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).


Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2014

2.3              Mata Pencaharian Penduduk
1.      Kecamatan Sukorame
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 2424 orang, sektor jasa/perdagangan ada 100  orang, sektor industri ada 4 orang,  14  orang TNI/POLRI, 12 orang guru, 1 orang bidan dan 2 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
2.      Kecamatan Bluluk
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 1587 orang, sektor jasa/perdagangan ada 76  orang, sektor industri 3705 orang, 90 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil), 62  orang anggota TNI/POLRI. 58 orang menjadi guru, 1 orang menjadi dokter, 1 orang bidan dan 5 orang mantri kesehatan.  (www.lamongankab.go.id).
3.      Kecamatan Ngimbang
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 1200 orang, 52 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil), 17 orang anggota TNI/POLRI, 5 orang guru dan 2 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
4.      Kecamatan Sambeng
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 417 orang, sektor jasa/perdagangan ada 146  orang, 94 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil) , 27  orang anggota TNI/POLRI, 1 orang bidan dan 1 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
5.      Kecamatan Mantup
Dengan struktur mata pencarian, Petani sebanyak 1.396 orang, untuk sektor jasa/perdagangan ada 124  orang sedangkan yang bergerak di sektor industri ada 21 orang. Ada sebanyak 21  PNS (Pegawai Negeri sipil) dan 1  warga Desa Sidomulyo yang menjadi anggota TNI/POLRI. 14 orang menjadi guru, 1 orang bidan dan 3 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
6.      Kecamatan Kembangbahu
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 77 orang. (www.lamongankab.go.id).
7.      Kecamatan Sugio
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 908 orang, sektor jasa/perdagangan ada 46 orang, 754 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil), 123  orang anggota TNI/POLRI 55 orang guru, 1 orang dokter, 5orang bidan dan 2 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
8.      Kecamatan Kedungpring
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).
Gambar  2.3.  Mata Pencaharian di Kecamatan Kedungpring

9.      Kecamatan Modo
Mata pencaharian penduduk sebagian besar bekerja di sektor pertanian, sebanyak 22.950 jiwa (85,4 %), jasa dan perdagangan 1.606 jiwa (6 %), Pegawai Negeri 498 jiwa (2 %), industri kecil/rumah tangga 394 jiwa (1 %) dan di sektor lainnya sebanyak 1.402 jiwa (5.6 %).  (www.lamongankab.go.id).
10.  Kecamatan Babat
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya sektor jasa/perdagangan ada 6,019  orang, sektor industri ada 731 orang, 109 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 38  orang anggota TNI/POLRI, 215 orang guru,7  orang dokter, 8  bidan dan 12  orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
11.  Kecamatan Pucuk
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).
Gambar 2.4.  Mata Pencaharian di Kecamatan Pucuk

12.  Kecamatan Sukodadi
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 700 orang, 324 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil), 37  orang anggota TNI/POLRI, 10 orang guru, 8 orang dokter, 10  bidan dan 3  mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
13.  Kecamatan Sarirejo
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).
Gambar 2.5.  Mata Pencaharian di Kecamatan Sarirejo

14.  Kecamatan Karangbinangun
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 587 orang, sektor jasa/perdagangan ada 4 orang, sektor industri ada 130 orang, 17 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 2 orang TNI/POLRI, 1  orang bidan dan  1 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
15.  Kecamatan Turi
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).
Gambar 2.6.  Mata Pencaharian di Kecamatan Turi

16.  Kecamatan Kalitengah
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 540 orang, 18 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 11  orang anggota TNI/POLRI, 6 orang guru, 1 orang bidan dan 3 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
17.  Kecamatan Karanggeneng
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 238 orang, sektor industri 108 orang, sektor jasa/perdagangan ada 95 orang, 120 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 9 orang anggota TNI/POLRI, 55 orang guru, 2 orang dokter, 2 orang bidan dan 4 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
18.  Kecamatan Sekaran
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 712 orang, sektor jasa/perdagangan 15  orang, 89 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 19 orang anggota TNI/POLRI, 7 orang guru, 1 orang dokter, 2 orang bidan dan 7 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
19.  Kecamatan Maduran
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 319 orang, sektor jasa/perdagangan 86 orang, sektor industri ada 45 orang, 1 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 8 orang menjadi guru, 1  orang  dokter dan 1 orang bidan. (www.lamongankab.go.id).
20.  Kecamatan Laren
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 217 orang, sektor jasa/perdagangan ada 12  orang, sektor industri ada 42 orang,  17 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil), 1   orang anggota TNI/POLRI. (www.lamongankab.go.id).
21.  Kecamatan Solokuro
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 5466 orang, sektor jasa/perdagangan 33  orang, sektor industri ada 6 orang, 74 orang  PNS (Pegawai Negeri sipil), 5  orang anggota TNI/POLRI, 626 orang guru,1 orang dokter, 3 orang bidan (www.lamongankab.go.id).
22.  Kecamatan Paciran
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 7762 orang, 273 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 21 orang anggota TNI/POLRI, 6 orang dokter, 6 orang bidan dan 4 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
23.  Kecamatan Brondong
Struktur mata pencarian dari kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).
Gambar 2.6.  Mata Pencaharian di Kecamatan Brondong
Jika dilihat dari uraian di atas, maka secara umum mayoritas mata pencaharian yaitu pada bidang Pertanian.

2.4              Fasilitas Kesehatan
1.      Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat kecamatan. Sampai dengan tahun 2014, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur sebanyak 960 unit yang terdiri dari 504 Puskesmas Perawatan dan 456 Puskesmas non Perawatan. Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 berjumlah 33 buah, puskesmas dengan perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Sedangkan jumlah puskesmas pembantu pada tahun 2014 sebanyak 109 buah. Selain itu, dalam menjalankan tugas operasionalnya didukung oleh  puskesmas keliling sejumlah 67 buah. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
2.      Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah  mengalami banyak kemajuan, di mana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebanyak 11 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus sebanyak 3 buah  dan RS Swasta 6 buah. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
3.      Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah  suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat Desa (POD). (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Dari Profil Kesehatan tahun 2014, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 1.735 pos, dengan rincian posyandu pratama 70 buah (4.03%), posyandu madya 448 buah (25.82%), posyandu purnama 1.084 buah (62.48%), dan posyandu mandiri 133 buah (7.67%). (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).

2.5              Analisis Kebiasaan / Perilaku Penduduk
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dinkes kabupaten Lamongan pada tahun 2014, di kabupaten lamongan rumah yang telah melakukan PHBS hanya sebanyak 65.686 dari seluruh rumah tangga yang ada. Hal ini menunjukan bahwa di kabupaten Lamongan sudah lebih dari 50 % yang telah melakukan PHBS. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Gambar 2.7. Rumah Tangga Ber PHBS di Kabupaten Lamongan Tahun 2104




BAB III
PROMOSI KESEHATAN

3.1              Analisis Kondisi Lingkungan Sungai Bengawan Solo
Sehat memiliki pengertian yang sangat luas, yaitu tidak saja terbebas dari penyakit, namun tercapainya kesejahteraan fisik, sosial, dan mental.Seseorang dapat dikatakan tidak sehat apabila mengalami gangguan pada salah satu faktor tersebut.Lingkungan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan kesehatan seseorang.Lingkungan yang terganggu dapat menyebabkan sakit pada masyarakat yang tinggal di area tersebut
Gambar 1. Kondisi Sungai Bengawan Solo (Oktavia et al.,2016)

3.1.1        Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Total lahan kritis di wilayah sungai Bengawan Solo mulai kategori potensial kritis sampai sangat kritis pada saat ini mencapai luas kurang lebih 11.398 km2. Di wilayah sungai Bengawan Solo, erosi dan sedimentasi merupakan salah satu permasalahan yang mengancam kelestarian fungsi SDA serta keberlangsungan manfaat yang diperoleh dari upaya pengembangan dan pengelolaan SDA yang telah dilaksanakan. Beberapa isu terkait dengan erosi dan sedimentasi yang terjadi di WS Bengawan Solo antara lain:
4        Kegiatan pertanian di daerah hulu yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, termasuk kegiatan pembukaan hutan secara ilegal untuk lahan pertanian, telah memicu terjadinya proses erosi dan sedimentasi. , akibat proses erosi yang berlanjut dan kerusakan vegetasi
5        Letusan Gunung Merapi sangat mempengaruhi keseimbangan sedimen di wilayah sungai Bengawan Solo. Material hasil letusan Gunung Merapi menyebabkan agradasi dasar sungai sehingga dapat menimbulkan bencana banjir.
6        Di banyak lokasi pada ruas hulu sungai Bengawan Solo dan Kali Madiun telah terjadi degradasi dasar sungai, karena ketidakseimbangan angkutan sedimen, yang disebabkan oleh aktifitas penambangan pasir. Kondisi ini telah mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada bangunan perkuatan tebing dan tanggul, pilar jembatan dan lain-lain
Permasalahan konservasi di wilayah sungai Bengawan Solo adalah:
1.      Terus menurunnya kondisi hutan yang merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang perekonomian, tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem.
2.      Tingkat kerusakan hutan makin meningkat akibat penebangan liar, kebakaran, perambah hutan, kurang tenaga pengawas hutan sehingga mengakibakan kerusakan DAS.
3.      Lemahnya penegakan hukum terhadap praktik penebangan liar.
4.      Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa lingkungan.
5.      Sedimentasi waduk karena kerusakan DAS akibat penebangan secara liar .
6.      Erosi dan degradasi dasar sungai akibat penambangan material galian C secara liar.
7.      Intrusi air laut.
8.      Air yang tersedia semakin menipis.
9.      Upaya perlindungan sumber air tidak berjalan optimal karena sebagian lahan dimanfaatkan oleh petani.
10.  Pemanfaatan ladang tidak sesuai dengan konservasi tanah, erosi tinggi di wilayah pegunungan.
11.  Banyaknya pelanggaran di sempadan sungai.
12.  Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan
(KepMen PU,2010)
3.1.2        Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Permasalahan pada pendayagunaan sumber daya air adalah :
1.      Tidak tersedia air, baik secara kualitas maupun kuantitas terutama pada musim kemarau.
2.      Debit yang tersedia belum mencukupi.
3.      Dana terbatas, saluran yang ada kurang terpelihara.
4.      Distribusi kurang teratur.
(KepMen PU,2010)

3.1.3        Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
Di beberapa lokasi pada ruas sungai yang mengalami degradasi dasar sungai telah terjadi longsoran tebing, destabilitasi dan kerusakan bangunan-bangunan seperti pilar jembatan, intake pengambilan dan lain-lain dimana rehabilitasi kerusakan-kerusakan tersebut akan memerlukan biaya yang sangat besar.Permasalahan pada aspek pengendalian daya rusak air adalah :
1.      Terjadi banjir pada musim hujan di Bengawan Solo Hilir
2.      Tingkat erosi dan sedimentasi dan degradasi sungai yang sangat tinggi akibat hutan gundul, hilangnya lapisan tanah subur.
3.      Pencemaran sungai akibat limbah domestik dan limbah industri.
4.      Abrasi pantai di Gresik Lamongan dan Tuban.
5.      Masyarakat bermukim dan beraktivitas di bantaran sungai.
6.      Belum seluruhnya bangunan pengendali banjir yang direncanakan dapat terealisasi.
7.      Sistem peringatan dini banjir belum ada di seluruh wilayah sungai.
(KepMen PU,2010)

3.1.4        Aspek Peran Masyarakat dan Sistem Koordinasi
Permasalahan utama pengelolaan SDA dalam aspek peran serta masyarakat adalah sebagai berikut:
1.      Dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan SDA, peran masyarakat masih kurang dilibatkan
2.      Masyarakat kurang dilibatkan pada tahap pelaksanaan konstruksi dalam pengelolaan SDA
3.      Wadah untuk mengkoordinasi masyarakat dalam upaya pengelolaan SDA sudah terbentuk, namun masih diperlukan konsolidasi
(KepMen PU,2010)

3.2              Permasalahan di Sungai Bengawan Solo (Sunny,2013)
Bengawan solo termasuk sungai besar yang idealnya memiliki lebar 300 meter, namun kondisi saat ini lebar sungai hanya 160-180 meter. Hal ini karena sungai tersebut mengalami permasalahan. Pinggiran sungai di hulu Bengawan Solo yang kemiringannya 30-40 persen kini menjadi lahan pertanian, hampir tidak ada lahan yang tersisa untuk hutan atau daerah resapan yang penting untuk kelestarian sumber mata air Bengawan Solo.
Daerah sempadan Bengawan Solo yang luasnya mencapai 1,9 juta hektare, kini hilang karena dihuni oleh 7,1 jiwa. Dari jumlah penduduk yang mendiami sempadan Bengawan Solo. Karena kurangnya pengetahuan penduduk terhadap kelestarian lingkungan Bengawan Solo, mereka tak peduli dan merusak sungai terbesar di Pulau Jawa itu. Dari 1,9 juta hektare luas sempadan sungai, 1,13 juta hektare di antaranya dipakai untuk lahan pertanian.Bengawan Solo meluap setiap musim hujan. Penyebabnya diantaranya, aliran sungai mulai dangkal karena ada sedimentasi dari lahan pertanian dan hilangnya sempadan sungai menyebabkan air hujan yang jatuh, langsung menuju sungai. Padahal, jika sempadan itu asli (berupa hutan), jatuhan air hujan tak langsung menyentuh permukaan tanah. Hujan mengenai daun pepohonan, lalu jatuh ke tanah, dan diserap akar-akar pohon. Akar-akar pohon ini, di samping bisa menyimpan air hujan (menghambat banjir), juga dapat memasok air untuk Bengawan pada musim kemarau.
Pada sepanjang hulu dan sempadan Bengawan Solo terjadi erosi. Hal ini di sebabkan karena pada sungai bengawan solo marak berbagai penambangan pasir, terutama yang diusahakan secara besar-besaran dengan mesin penyedot. Lubang-lubang besar di dalam sungai menyebabkan ketidakstabilan tebing yang menimbulkan longsor. (Sumber: Harian Republika, Sabtu 14 Maret 2009)
Beberapa permasalahan yang terjadi di wilayah sungai Bengawan Solo, diantaranya:
1.      Kerusakan Ekologi Sungai Bengawan Solo
Akhir - akhir ini terjadi pendangkalan sungai akibat adanya penggelontoran lumpur, endapan yang masuk cukup besar sehingga menutup rongga-rongga. Hal ini menjadikan debit air menjadi tidak stabil. Saat ini, sungai Bengawan Solo layaknya sebagai tempat pembuangan sampah yang paling praktis. Adanya pencemaran sungai Bengawan Solo dalam kondisi yang parah. Aktivitas perindustrian memberikan dampak negatif terjadinya pencemaran sungai. Pembuangan limbah beracun kesungai mengakibatkan air sungai tidak layak dikonsumsi dan membunuh organisme yang ada di dalamnya.Akibat pendangkalan di kawasan muara , dapat merambah hingga hutan bakau dan hutan bakaupun akan menjadi dangkal, ini akan menyebabkan kematian bagi biota sungai (ikan, udang) yang tidak mempunyai tempat berlindung.Jika terus berlanjut, kawasan akan menjadi delta atau tanah timbul. Akibatnya selain ekosistem hancur, dampak besarnya dapat terjadi sengketa. Semakin terjadinya pendangkalan sungai berakibat luapan air sungai yang berpotensi banjir pada musim hujan dengan curah hujan tinggi.
2.      Sedimentasi Sungai Bengawan Solo
Hasil studi penanganan sedimentasi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA) dikatahui bahwa rata-rata sedimen tahunan dalam periode 1993-2004 sebesar 3,18 juta m3 .Sumber sedimentasi itu berasal dari erosi permukaan tanah, penebangan pohon di daerah tangkapan air, dan kerusakan DAS yang merupakan lahan pasang surut.Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang tersangkut ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air atau angin (Arsyad, 1983). Proses hidrologi secara langsung dan tidak langsung akan berhubungan dengan terjadinya erosi, transportasi sedimen, deposisi sedimen di daerah hilir, serta mempengaruhi karakter fisik, biologi, dan kimia. Terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor iklim (intensitas hujan, topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tata guna lahan
3.      Banjir
Bencana banjir memunculkan dampak langsung terhadap keselamatan dan kesehatan jiwa seperti kematian karena tenggelam dan terseret arus banjir, luka dan tersengat listrik. Di Indonesia, banjir merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi yaitu sebesar 5.051 kejadian atau sebesar 37,5% (BNPB, 2013).
Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir hampir setiap tahunnya terjadi banjir khususnya Kabupaten Gresik,Lamongan, Bojonegoro dan Tuban. Sudetan banjir (floodway) Plangwot Sedayu Lawas sepanjang 12,4 km dengan kapasitas pengaliran debit 640 m3/dtbelum berhasil mengatasi banjir di hilir Bengawan Solo. Banjir yang terjadi disebabkan oleh ketidakmampuan sungai dalam mengalirkan debit banjir yang terjadi serta berkurangnya kemampuan dari fasilitas pengendali banjir seperti floodway dan beberapa tampungan yang telah dibangun. Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, kapasitas alur Sungai Bengawan Solo Hilir adalah 1450 m3/dt–1800 m3/dt (Oktavia et al.,2016)
Wilayah hilir atau muara /delta sungai bengawan Solo menjadi pemukiman padat penduduk hingga membentuk kota-kota delta dipulau jawa yakni kota Bojonegoro, tuban, lamongan dan gresik sebagai muara sungai bengawan. Wilayah muara sungai bengawan solo dewasa ini sering terjadi langganan banjir akibat meluapnya sungai bengawan terutama kota bojonegoro, tuban, lamongan setiap musim hujan tiba tiap tahunnya karena pendangkalan (Oktavia et al.,2016)

3.2.1        Derajat Kesehatan di Kabupaten Lamongan (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014)
Analisis derajat kerajat kesehatan merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur taraf kesehatan suatu bangsa.Salah satu ciri suatu bangsa yang maju adalah dimilikinya derajat kesehatan yang tinggi. Derajat Kesehatan Masyarakat di kabupaten Lamongan pada tahun 2014 dapat diukur melalui beberapa indikator, yaitu mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan) dan status gizi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
A.    Angka Kematian (Mortalitas)
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurunwaktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapatberupa penyakit maupun sebab lainnya.Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi perhatian adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian ini dpublikasikan dengan sebuah indikator yang disebut angka kematian bayi ( IMR ).
·         Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yangmeninggal sebelum mancapai usia 1 tahun, yang dinyatakan dalam 1000 tahun kelahiran hidup pada tahun yang sama. Berdasarkan BPS Kabupaten Lamongan tahun 2013, AKB di kabupaten ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Gambar 3.1 Tren Angka Kematian Bayi Di Kabupaten Lamongan
Berdasarkan tabel diatas dan data yang ada tahun 2014 angka kematian bayi di kabupaten Lamongan mencapai 10 bayi (1) terdiri dari 5 bayi laki–laki dan 5 bayi perempuan . Dari data yang ada,AKB di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan yang signifikan walaupun nilainya target MDGsuntuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa, tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan kesehatan tenagamedis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidangkesehatan sangatlah nyata dan membuahkan hasil.
·         Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yangmeninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakansebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Dari tahun 2003 sampai2012 terjadi penurunan AKABA secara Nasional yaitu dari 46/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. MDGs menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu SANGAT TINGGI dengan nilai >140 per kelahiran hidup; SEDANG DENGAN NILAI 20-70 PER 1000 Kelahiran Hidup, dan RENDAH dengan nilai < 20 per 1000 kelahiran hidup.
Survey AKABA (Angka Kematian Anak dan Balita) di Kabupaten Lamongan tahun 2014 tercatat sebanyak 12 anak terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak perempuan dengan 1 kematian per 1000 lahir hidup. Angka kematian anak cukup tinggi di Indonesia disebabkan beberapa hal, antara lain jumlah orang yang buangair besar (BAB) sembarangan, dan sepertiga anak Indonesia tidak punya akses kepada air bersih. Tidak adanyasanitasi dan kebersihan, serta air yang tercemar menyebabkandiare dan penyakit mematikan lainnya. Sementara itu, sepertigadari jumlah kematian anak di bawah satu tahun disebabkan oleh diare. Diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk. Faktor lain, jumlah anak yang tidak di imunisasi lengkap di Indonesia menempati peringkat ketiga terbesar di dunia.
·         Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu Indikatorpenting dari derajat KesehatanMasyarakat. AKI menggambarkanjumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematianterkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidaktermasuk kecelakaan atau kasus insendentil) selama kehamilan,melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)tanpa memperhitungkan lama kahamilan per 100.000 kelahiran hidup. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sector kesehatan.
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lamonganpada tahun 2014, yaitu sebesar 54 per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan jumlah kematian maternal yang ditangani oleh petugas kesehatan, berdasarkan laporan dari puskesmas yang diterima Subdin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Lamongan sebesar 10 orang, terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 1 orang, ibu bersalin sebanyak 1 orang dan ibu nifas sebanyak 8 orang.

B.     Angka Kesakitan (Morbiditas)
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angkaInsiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditasmenggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi padakurun waktu tertentu. Berikut adalah daftar penyakit dengan prevalensi tertinggi yang terjadi di Kabupaten Lamongan (tabel 1) :

Tabel 1. Prevalensi Penyakit di Kabupaten Lamongan Tahun 2015
No
Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
1
ISPA
47740
2
Influenza
45127
3
Diare
28622
4
Hipertensi
23055
5
Tifus Klinis
11348
6
DM
10094
7
Diare Berdarah
6441
8
Tersangka TB Paru
2277
9
TB Paru BTA (+)
1608
10
DBD
645

C. Status Gizi
           Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan kesehatan secara umum, disamping merupakan factor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan individu.Status gizi pada janin / bayi sangat ditentukan oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.Dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, keluarga dan masyarakat mempunyai peran yang sangat penting.Salah satunya melalui pemenuhan gizi sesuai kebutuhan.Gizi yang tidak terpenuhi dapat menggangu pertumbuhan balita baik fisik, mental maupun kecerdasan
Tabel 2. Jumlah bayi gizi buruk di Kabupaten Lamongan
(BPS Kabupaten Lamongan,2014)
No.
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1
Jumlah balita gizi buruk
729
1003
448
347
217
2
Jumlah balita
85.314
95.841
91.055
85.472
74.046
3
Persentase
0,85
1,05
0,49
0,41
0,29

           Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya, angka bayi gizi buruk di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan gizi balita di Kabupaten Lamongan semakin tahun semakin meningkat.

3.3           Analisis Pelayanan Kesehatan (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014)
           Dalam melaksanakan program kesehatan di Kabupaten Lamongan diperlukan dukungan sarana kesehatan yang mencukupi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah Jawa Timur telah melakukan ketersediaan obat di hampir seluruh wilayahnya, untuk Kabupaten Lamongan ketersediaan obatnya yaitu 110% (menandakan bahwa telah memenuhi ketersediaan obat yang dibutuhkan). Adapun kondisi sarana kesehatan di Kabupaten Lamongan pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
·      Puskesmas
     Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 berjumlah 33 buah, puskesmas dengan perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Sedangkan jumlah puskesmas pembantu pada tahun 2014 sebanyak 109 buah. Selain itu, dalam menjalankan tugas operasionalnya didukung oleh puskesmas keliling sejumlah 67 buah.
·      Rumah Sakit
           Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, di mana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebanyak 11 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus sebanyak 3 buah dan RS Swasta 6 buah.
·      Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat Desa (POD). Dari Profil Kesehatan tahun 2014, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 1.735 pos, dengan rincian posyandu pratama 70 buah (4.03%), posyandu madya 448 buah (25.82%), 99 posyandu purnama 1.084 buah (62.48%), dan posyandu mandiri 133 buah (7.67%).

3.4           Analisis Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014)
           Analisis kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar pada lingkungan kabupaten Lamongan dapat dilihat dari perilaku masyarakatnya, yang berupa perilaku penerapan rumah sehat, Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) sehat, dan rumah tangga ber-PHBS
a.   Presentase Rumah Sehat
           Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana 93 pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah
           Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2014, rumah yang dibina sebanyak 39.846 rumah(40.91%) dari jumlah seluruh rumah yang ada sebanyak 312.915 rumah. Dari hasil rumah yang dibina terdapat 230.935(73.80%) rumah sehat
b.   TUPM Sehat
           Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.
           Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan UPT Puskesmas pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah hotel yang ada maupun yang diperiksa sebanyak 7 buah dan ada 6 yang memenuhi kesemuanya memenuhi syarat (85.7%), pada tahun 2014, ada terdapat 476 restoran/rumah makan yang memenuhi syarat dan 226 yang tidak memenuhi syarat higyene sanitasi, jasa boga sebanyak 49 jasa boga yang memenuhi syarat dan 30 jasa boga yang tidak memenuhi syarat, depot air minum sebanyak 375 depo yang memenhui syarat dan 134 depo yang tidak memenuhi syarat dan makanan jajanan sebanyak 1.624 yang memenhuhi syarat dan 1.317 yang tidak memenuhi syarat.
c.    Persentase rumah tangga ber-PHBS
           Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat adalah rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai pedoman. Pada tahun Jumlah keluarga yang diperiksa adalah jumlah keluarga yang dipantau pada tahun berjalan di wilayah kerja Puskesmas tahun 2014 yang diperiksa sejumlah 107.604 (31.90%) dan yang ber PHBS sebesar 65.686 (61%).



3.5  Analisis Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan.HL Blum menyatakan lingkungan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Untuk itu diperlukan suatu lingkungan sehat untuk menjamin kehidupan manusia.Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat, bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, permukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, serta terwujudnya kehidupan yang saling tolong menolong dengan memelihara budaya bangsa.

3.5.1        Analisis lingkungan saat terjadi banjir
Sebagian besar warga beranggapan bahwa banjir Sungai Bengawan Solo bukanlah ancaman yang besar, hal ini karena banjir hanya terjadi pada saat musim hujan sehingga sudah dianggap sebagai rutinitas tahunan. Lama banjir yang berlangsung dapat mencapai 2-7 hari, bergantung pada curah hujan dan debit sungai. Sebagian warga yang bermukim di sepanjang DAS telah meninggikan pondasi rumahnya sebesar 0.5-1 meter dari jalan desa atau kampung. Apabila terjadi luapan Sungai Bengawan Solo, tinggi permukaan air banjir rata-rata adalah 1 meter yang diukur pada banjir yang menggenangi jalan desa atau kampung. Selain itu, banjir juga biasanya merendam beberapa ruas jalan desa sehingga warga membutuhkan moda transportasi dari rumah ke tempat tujuan lain seperti kantor, sekolah, sawah, atau lokasi pengungsian. Sebagian desa atau dusun pun terisolasi sehingga sulit untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari seperti air bersih. Meskipun begitu, setelah banjir surut, tanah endapan di sepanjang DAS yang terbawa  banjir sering dimanfaatkan sebagai lahan pertanian palawija. Selain itu, lumpur dari banjir pun dimanfaatkan sejumlah warga  untuk bahan baku bata, genting, dan celengan, sehingga terdapat beberapa industri rumah tangga batu bata dan genting di sepanjang DAS (Harthana&Soedirham,2014). Selain itu untuk mengatasi banjir, warga membuat drainase
Dalam menangani penyakit yang sering melanda kabupaten ini, masyarakat sudah cenderung pergi ke puskesmas atau rumah sakit. Penggunaan obat herbal untuk pengobatan jarang bahkan tidak ditemukan, hal ini dapat dilihat bahwa di Kabupaten Lamongan tidak terdapat praktek pengobatan tradisional (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya berobat ke puskesmas atau rumah sakit.

3.5.2        Analisis lingkungan saat krisis air (kategori ringan)
Kebutuhan akan air oleh manusia tidak ada habisnya, terutama air bersih yang layak untuk keperluan rumah tangga seperti: mandi , memasak, bahkan yang paling penting adalah untuk minum. Hal ini bisa dirasakan pada beberapa tahun terakhir. Dimana sumber maupun tempat penampungan air sudah berkurang, seperti telaga yang berganti menjadi pemukiman, sumur bor yang airnya kering saat musim kemarau, maupun sungai-sungai yang tercemar oleh bahan kimia. Hal ini pulalah yang dirasakan warga di IKK (ibukota kecamatan) Glagah Kabupaten Lamongan. Dimana warga di IKK Glagah tersebut mengalami kesulitan mendapatkan air bersih yang layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlebih lagi saat musim kemarau. Hal ini disebabkan sungai yang mengalir disekitar IKK Glagah sudah tercemar oleh bahan kimia dari peptisida maupun zat-zat kimia lainnya yang berasal dari area sawah dan tambak warga sekitar. Sehingga tidak layak untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan setiap hari.
Hal tersebut mengakibatkan daerah lamongan sering terjadi kekeringan, untuk mengatasi hal tersebut biasanya warga menyediakan tanki yang diisi oleh air hujan saat musim hujan, atau pihak BPBD melakukan dropping air ke daerah yang membutuhkan (Zulkifli Lubis dan Nur Azizah Affandy, 2014)

3.6              Rancangan Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Madulegi, Kabupaten Lamongan
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di Kabupaten Lamongan, maka dapat dilakukan penyuluhan dan simulasi dengan rancangan kegiatan sebagai berikut :
Lokasi                         : Jalan Raya Karanggeneng No. 110, Madulegi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62253
Tanggal dan Waktu    : Sabtu, 6-7 Mei 2017.
Berikut ini adalah Rancangan program kerja promosi kesehatan masyarakat yang akan dilakukan di wilayah kabupaten Lamongan:
Program Kerja
Sasaran
Waktu Pelaksanaan
Penanggung Jawab
Penyuluhan Perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Masyarakat Madulegi Kabupaten Lamongan
Sabtu, 6 Mei 2017
Panggih Saputro, S.Farm., Apt
Edukasi mencuci tangan dengan menggunakan sabun yang benar. (Simulasi langsung dengan menggunakan Sabun).
Masyarakat Madulegi Kabupaten Lamongan
Sabtu, 6 Mei 2017
Panggih Saputro, S.Farm., Apt
Penyuluhan tentang Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO).
Masyarakat Madulegi Kabupaten Lamongan
Minggu, 7 Mei 2017
Panggih Saputro, S.Farm., Apt

3.7              Materi Penyuluhan
3.7.1        Perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Materi penyuluhan PHBS meliputi 4 bidang yaitu
1.      Bidang Farmasi dan Gizi
Dalam bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya :
·         Memberikan bayi asi eksklusif
·         Mengonsumsi garam beryodium
·         Makan dengan gizi seimbang
2.      Bidang penyakit dan Kesehatan lingkungan
Dalam bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya:
·         Menghuni rumah sehat
·         Punya persediaan air yang bersih
·         Punya pembuangan limbah
·         Punya akses jamban
3.      Bidang KIA dan KB
Dalam bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya:
·         Memeriksakan Kehamilan
·         Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
·         Mengikuti kegiatan posyandu seperti menimbang badan rutin, dan imunisasi dasar lengkap
4.      Bidang pemeliharaan kesehatan
Dalam bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya:
·         Punya jaminan pemeliharaan kesehatan
·         Memanfaatkan sarana kesehatan yang ada disekitar lingkungan
Dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat dapat digunakan beberapa alat, salah satunya adalah dengan menggunakan poster, berikut ini adalah contoh poster PHBS:
Gambar 3.2 Contoh poster perilaku bersih dan sehat pada masyarakat

3.7.2        Langkah- langkah CTPS
1.      Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
2.      Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3.      Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4.      Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5.      Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6.      Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
7.      Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

3.7.3        Penyuluhan tentang Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO)
Daerah pinggiran sungai bengawan solo merupakan daerah yang rawan sekali terjadi banjir seingga banyak terjadi kasus penyakit seperti diare, demam dan penyakit kulit lainnya oleh karena itu masyarakat didaerah sekitar sungai bengawan solo harus mendapatkan perawatan untuk berbagai macam penyakit yang diderita. Oleh karena itu masyarakat perlu mengetahui bagaimana melakukan pengobatan yang mereka butuhkan. Sehingga dibutuhkan kesadaran tentang obat untuk penyakit yang mereka derita. Dalam progam ini masyarakat mendapatkan materi tentang pengobatan yang dapat dilakukan oleh diri sendiri dan bagaimana cara mendapatkan dan mengelola obat yang baik dan benar. Salah satu contoh gerakan keluarga sadar obat ini adalahDAGUSIBU” yang merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang. Berikut merupakan penjelasan mengenai DAGUSIBU.
·         DA (Dapatkan Obat Dengan Benar)
Belilah obat di tempat yang paling terjamin, yaitu di Apotek. Penyimpanan obat di Apotek lebih terjamin sehingga obat sampai ke tangan pasien dalam kondisi baik (keadaan fisik dan kandungan kimianya belum berubah). Pastikan Apotek yang dikunjungi memiliki ijin dan memiliki Apoteker yang siap membantu pasien setiap saat.
·         GU (Gunakan Obat Dengan Benar)
Gunakan obat dengan benar. Penggunaan obat harus sesuai dengan aturan yang tertera pada wadah atau etiket. Obat jenis antibiotik harus dikonsumsi sampai habis. Pastikan Apoteker memberitahukan cara pemakaian obat yang diberikan dengan jelas, khususnya untuk obat dengan sediaan yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat umum.
·         SI (Simpan Obat Dengan Benar)
Supaya obat yang kita pakai tidak rusak maka kita perlu menyimpan obat dengan benar, sesuai dengan petunjuk pemakaian yang ada di dalam kemasan. Kebanyakan obat tidak boleh terpapar oleh sinar matahari secara langsung untuk itu obat perlu disimpan di tempat yang tertutup dan kering. Selain itu jauhkan obat dari anak-anak dengan menyimpannya di tempat yang sulit dijangkau oleh anak-anak.
·         BU (Buang Obat Dengan Benar)
Bila obat telah kadaluarsa atau rusak maka obat tidak boleh diminum, untuk itu obat perlu dibuang. Obat jangan dibuang secara sembarangan, agar tidak disalahgunakan. Obat dapat dibuang dengan terlebih dahulu dibuka kemasannya, direndam dalam air, lalu dipendam didalam tanah.




3.8              Sumber Daya yang Dimanfaatkan
Promosi kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat bantaran sungai bengawan solo khususnya di daerah kabupaten Lamongan dilakukan di halaman Puskesmas Karanggeneng yang terletak di Karang Geneng. Karang Geneng sendiri masuk dalam lima kecamatan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dinyatakan berstatus siaga banjir Sungai Bengawan Solo, terhitung Sabtu, 26 November 2016. Status ini mengacu terjadinya banjir di Bojonegoro dan Tuban, yang juga dilewati Sungai Bengawan Solo.
Lima kecamatan di Lamongan yang dinyatakan siaga banjir, yaitu Babat, Leran, Glagah, Karang Geneng, dan Kali Tengah. Kecamatan tersebut, lokasinya dilewati Sungai Bengawan Solo, yang kini meluap akibat banjir dari hulu (Sujatmiko, 2016).
Sarana dan prasarana yang digunakan antara lain ; layar, proyektor, alat peraga untuk kegiatan penyuluhan promosi kesehatan. Serta keterlibatan tenaga kesehatan yaitu dokter, apoteker, perawat yang diharapkan akan memberikan penjelasan secara menyeluruh kepada masyarakat terkait promosi kesehatan yang berpusat pada peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat daerah bantaran sungai bengawan solo.
Hal yang paling penting dalam kesuksesan pelaksaan penyuluhan kesehatan adalah keterlibatan masyarakat. Diharapkan masyarakat turut aktif dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dari promosi kesehatan yang telah diberikan.

3.9              Analisis Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat
Berdasarkan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat), faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan promosi kesehatan ini adalah sebagai berikut :
Faktor penunjang :
1.      Kekuatan (Strenght)
-       Keinginan untuk membantu sesama.
-       Bekal ilmu yang didapat di bangku perkuliahan.
-       Sumber daya manusia yang memadai.
2.      Keuntungan (Opportunity)
-          Adanya keberadaan pihak lain yang memiliki kepentingan yang sama sehingga dapat diajak kerja sama, seperti dinas kesehatan dan lain-lain.
-          Tingginya frekuensi terjadinya banjir sehingga masyarakat diharapkan akan antusias dengan penyuluhan kesehatan ini.
3.      Kelemahan (Weakness)
-          Sumber dana yang terbatas.
-          Sulit menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan kesehatan sehingga partisipasi masyarakat dapat maksimal.
4.      Ancaman (Threat)
-          Jarak lokasi yang cukup jauh.
-          Pengajuan izin kegiatan cukup rumit.

3.10          Pemantauan dan Evaluasi Penyuluhan Kesehatan
Pemantauan penyuluhan merupakan upaya me- review kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Pemantauan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan diskusi dengan masyarakat yang mendapat penyuluhan kesehatan, wawancara mendalam terutama dengan tokoh masyarakat yang terlibat, observasi, angket, dan artikel. Pemantauan dapat dilakukan oleh pelaksana program maupun dengan instansi lain yang diajak bekerja sama untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan. Pemantauan dapat dilaksanakan langsung saat pemberian materi maupun berkala dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi merupakan usaha tindak lanjut mengolah hasil pemantauan untuk mendapatkan nilai yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu program serta merumuskan saran untuk pelaksanaan program selnajutnya. Evaluasi dapat dilakukan saat pelaksanaa program maupun berkala dalam kurun waktu tertentu atau di akhir pelaksanaan program. Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan secara efektif, (Klineberg).
Berdasarkan definisi di atas, proses ini mencakup langkah-langkah:
a.              Memformulasikan tujuan
b.              Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukess
c.              Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses
d.              Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya
Ada tiga aspek yang perlu dinilai untuk mengetahui apakan mencapai indikator keberhasilan atau tidak, yaitu aspek knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), psikomotorik (praktik). Cara penilaiannya sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya :
1.    Tes tulis untuk mengukur aspek pengetahuan. Contoh, pre-test dan post-test sebelum dan sesudah pemberian materi promosi kesehatan.
2.    Penentuan skala sikap untuk mengukur aspek sikap. Contoh, skala sikap setuju/menerima dengan tidak setuju/menolak.
3.    Intensitas praktik dan kesesuaiannya dengan materi. Contoh, Apakah perilaku hidup bersih dan sehat telah diterapkan sesuai dengan pedoman yang ada.
Dalam melakukan evaluasi, terdapat beberapa aspek penilaian meliputi :
a.       Input (masukan) : Kemampuan peserta, bahan/isi/materi, metode, media, kemampuan penyuluh.
b.      Proses : Pelaksanaan promosi kesehatan
c.       Outputs : Hasil dari pendidikan kesehatan Ã pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap dan keterampilan
d.      Outcome (dampak) : Dampak dari pendidikan kesehatan Ã¨ peningkatan PHBS
e.       Hasil (Kesimpulan) : Bergantung pada tujuan promosi kesehatan, dikategorikan berhasil apabila peserta pendidikan kesehatan dapat:
·         Memahami pesan pendidikan kesehatan
·         Sikapnya baik (menerima/setuju)
·         Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan kesehatan

Daftar Pustaka
BNPB. 2013. Data dan Informasi BencanaIndonesia (DIBI): Jenis Bencana di Indonesia; Jumlah KorbanBencana di Indonesia. Tersedia di: http://www.bnpb.go.id (Diakses 26 April 2017)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Lamongan . 2013 . Tersedia online di https://lamongankab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/406 (Diakses 26 April 2017)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Lamongan . 2014 . Tersedia online di https://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/151 (Diakses 26 April 2017)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Lamongan . 2015 .Tersedia onlined di https://lamongankab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/520 (Diakses 26 April 2017)
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2014. Lamongan: Pemerintah Kabupaten Lamongan
Harthana, T. dan Soedirham, O. 2014.Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun saat Banjir Bengawan Solo di Bojonegoro.Jurnal Promkes: Vol 2, No 2 Desember 2014: 160-172
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum . 2010 . Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum
Oktavia et al., 2016 . Analisis Tinggi Muka Air Bengawan Solo Hilir Akibat Adanya Floodway dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal teknik pengairan konsentrasi sistem informasi sumber daya air
Otto Klineberg. 1954. Social Psychology. New York : Kenri Hott 4 Company.
Sunny. 2013. DELTA SUNGAI BENGAWAN SOLO (DELTA MUARA UJUNGPANGKAH. Tersedia online di
Zulkifli Lubis dan Nur Azizah Affandy. 2014 . Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Jurnal Teknik: 6(2):2085-2089






Lampiran


Komentar

Postingan populer dari blog ini

_ Profesi Apoteker __

Dear All... Before we start all of this story... I just wanna say that " Buat kalian semua yang ingin atau akan bertanya seputar Apoteker Unpad, mohon untuk menanyakan rasa penasaran kalian ke mereka lulusan atau angkatan terbaru dikarenakan sistem yang selalu upgrade" (revisi,12/04/19).     :) Hey guys... Welcome to my simple blog My name is Esni La Tambuasa... Pepatah yang pastinya Reader udah pada sering dengar semua yaitu ‘tak kenal maka tak sayang’... so openingnya kita kenalan aja dulu.. #ea Well kali ini aq mw berbagi kisah perjuangan anak sulawesi yang merantau ke jawa buat ngelanjutin studinya... yah aq esni trendnya ezny lulusan S1 Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar angkatan 2012... moment ketika aq dpat gelar S.Farm yah setahun lalu tepatnya tgl 26 April 2016... fleshback kemasa lalu yh.. Reader jangan pda baper yah pas bahas tentang simple past... Jadi, masalah baru akan muncul berentetan ketika kita udah menyandang gelar bar...

Skenario Konseling Pasien ISK

SKENARIO KONSELING TAHAPAN CONTOH KALIMAT 1.       Pengenalan Assalamualaikum... Selamat siang Ibuu/Bpk, perkenalkan nama saya Esni saya apoteker di apotek ini. Boleh minta waktunya sebentar bu ± 5 menit saja. Saya akan menjelaskan tentang informasi penggunaan obat yang ibu dapatkan agar pengobatannya lebih efektif dan ibu cepat sembuh. 2.       Penilaian Awal/ Identifikasi Tujuan : Menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi Hal-hal yang perlu di perhatikan : o   Pasien baru/pasien lama o   Peresepan baru/ peresepan lama/ OTC o   Identitas pasien (ditebus oleh pasien atau keluarga pasien) Dalam memberikan konseling, sebaiknya digunakan pertanyaan terbuka (pertanyaan yang membuat pasien memberikan penjelasan seputar penyakit ataupun obat yang digunakan). Jangan gunakan pertanyaan tertutup (pertanyaan yang ...

DEKLARASI HELSINKI & FASE III UJI KLINIS

FARMASI INDUSTRI Disusun oleh: Harianto 260112160503 Poppy Sarah J 260112160519 Maria selviana R 260112160535 Esni 260112160537 Ratna Fitria E 260112160577 Dhany Alghifari 260112160601 FAKULTAS FARMASI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017 I.               DEKLARASI HELSINKI A.       PENDAHULUAN 1.         World Medical Association (WMA) telah mengembangkan Deklarasi Helsinki sebagai pernyataan prinsip-prinsip etika untuk penelitian medis yang melibatkan subjek manusia , termasuk untuk memperoleh data identifikasi terhadap manusia. Deklarasi ini dimaksudkan sebagai rujukan secara keseluruhan dan masing-masing konstituen paragraf tidak harus diterapkan tanpa pertimbangan semua ayat-ayat relevan lainnya. 2.   ...