Analisis Kesehatan Masyarakat di Bantaran Sungai
Bengawan Solo
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada
program studi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Oleh
Popy Sarah Chairunnisa 260112160597 Anthonio 260112160525
Dhany Al 260112160509
Panggih 260112160575
Ezny L.T 260112160537
Dila 260112160585
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin dengan segala rasa
syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan inayah-Nya, penulis telah
dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Analisis Kesehatan Masyarakat di Bantaran Sungai Bengawan Solo”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada program studi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari dengan keterbatasan yang
dimiliki dan telah banyak mendapat bantuan baik secara moril maupun materil,
bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tinggi nya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si., Apt. sebagai
Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran.
2. Dra. Rr. Sulistianingsih, M.Kes., Apt sebagai Dosen Pengampu mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat di Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran
Jatinangor, Mei 2017
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1
Latar
Belakang................................................................................. 6
1.2
Identifikasi
Masalah......................................................................... 6
1.3
Prioritas Masalah............................................................................. 6
1.4
Tujuan.............................................................................................. 6
1.5
Manfaat............................................................................................ 6
BAB II ISI........................................................................................................... 7
2.1
Kondisi Geografis............................................................................ 7
2.1.1
Letak dan Luas .................................................................. 8
2.1.3
Topografi............................................................................ 9
2.2.3 Iklim................................................................................... 10
2.2 Demografi
Penduduk....................................................................... 10
2.3
Mata Pencaharian Penduduk............................................................ 11
2.4
Fasilitas Kesehatan........................................................................... 20
2.5
Analisis Kebiasaan / Perilaku Penduduk......................................... 21
BAB III PROMOSI KESEHATAN................................................................. 22
3.1
Analisis
Kondisi Lingkungan Sungai Bengawan Solo.................... 22
3.1.1
Aspek
Konservasi Sumber Daya Air.................................. 23
3.1.2
Aspek Pendayagunaan
Sumber Daya Air........................... 25
3.1.3
Aspek
Pengendalian Daya Rusak Air................................. 25
3.1.4
Aspek
Peran Masyarakat dan Sistem Koordinasi............... 25
3.2
Permasalahan
di Sungai Bengawan Solo......................................... 26
3.2.1
Derajat
Kesehatan di Kabupaten Lamongan...................... 28
3.3
Analisis
Pelayanan Kesehatan......................................................... 32
3.4
Analisis
Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar........................ 33
3.5
Analisis
Lingkungan........................................................................ 35
3.5.1
Analisis
lingkungan saat terjadi banjir............................... 35
3.5.2
Analisis
lingkungan saat krisis air (kategori ringan).......... 36
3.6
Rancangan
Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Madulegi, Kabupaten Lamongan........................................................................................ 36
3.7
Materi
Penyuluhan .......................................................................... 37
3.7.1
Perilaku
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).................. 37
3.7.2
Langkah-
langkah CTPS..................................................... 39
3.7.3
Penyuluhan
tentang Gerakan Keluarga Sadar Obat........... 40
3.8
Sumber
Daya yang Dimanfaatkan................................................... 42
3.9
Analisis
Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat........................ 42
3.10
Pemantauan
dan Evaluasi Penyuluhan Kesehatan........................... 43
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan............................................................................................ 28
4.2 Saran................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29
LAMPIRAN........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bengawan Solo merupakan nama sungai
terpanjang di Pulau Jawa ini. Sungai yang memiliki panjang sekitar 548,53 km
dan bersumber dari Pegunungan Kidul, Wonogiri ini, melintasi dua wilayah
administratif propinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah yang dilewati
sungai tersebut di antaranya ialah Wonogiri, Pacitan, Sukoharjo, Klaten, Solo,
Sragen, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan bermuara di daerah
Gresik. Daerah
Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dibagi menjadi tiga Sub DAS yaitu Sub DAS Bengawan
Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun, dan Sub
DAS Bengawan Solo Hilir. Wilayah sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai
lintas propinsi, maka pengelolaan sumber daya air berada di dalam kewenangan
Pemerintah Pusat.
DAS Bengawan Solo merupakan salah
satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi
kegiatan sosial-ekonomi perkotaan dan perdesaan yang ada di sekitarnya, baik
untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan ekonomi. Pentingnya peranan DAS
dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan
DAS Bengawan Solo sebagai salah satu prioritas utama dalam penataan ruang
sehubungan dengan fungsi hidrologi untuk mendukung pengembangan wilayah. Selain
itu, DAS Bengawan Solo juga merupakan satu sistem ekologi besar yang dalam
perkembangannya saat ini mengalami banyak kerusakan dan mengarah pada kondisi
degradasi lingkungan. Ada dua indikator degradasi, pertama, konversi lahan
hutan di daerah hulu ke penggunaan pertanian, perkebunan, dan permukiman yang
menyebabkan terjadinya peningkatan laju erosi dan peningkatan laju sedimentasi.
Kedua, terjadinya fluktuasi debit sungai yang mencolok di musim hujan dan
kemarau. Berdasarkan pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi, DAS Bengawan
Solo merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Potensi dan persoalan yang ada ini tidak dapat diselesaikan oleh
satu pihak saja tetapi perlu disikapi bersama-sama secara bijak.
Selain pertimbangan ekologis, sosial
ekonomi, maupun sejarah, juga karena keberadaan sumber daya alam DAS Bengawan
Solo sebagai sumber daya alam bersama (common
pool resources) yang menuntut adanya kepemilikan bersama (collective ownership). Sebagai
sumberdaya alam milik bersama, maka sumber daya alam yang terdapat di DAS
Bengawan Solo membutuhkan penanganan secara bersama di antara semua pemangku
kepentingan atau yang dikenal dengan collective
management yang mengarah pada suatu bentuk collaborative management.
Luasnya wilayah Sungai
Bengawan Solo juga menimbulkan beberapa permasalahan. Berbagai masalah
lingkungan antara lain; banjir, lahan kritis, pencemaran air, erosi
(sedimentasi) dan permasalahan sosial lainnya. Banjir akibat luapan sungai
merupakan bencana rutin tahunan yang terjadi di beberapa wilayah kota atau
kabupaten di Indonesia. Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sungai besar
di Pulau Jawa yang sering menimbulkan banjir di beberapa wilayah termasuk
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Masalah kesehatan juga sangat perlu
menjadi perhatian khususnya pada warga yang tinggal di daerah bantaran Sungai
Bengawan Solo. Tingginya angka penyebaran penyakit menular, bahkan sampai
menimbulkan wabah di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo, lalu munculnya
penyakit musiman seperti diare, leptospirosis, ISPA, penyakit kulit, penyakit
pencernaan, tifoid tentu merupakan permasalahan yang perlu menjadi perhatian.
Besarnya potensi ancaman
kesehatan menyebabkan perlunya untuk dilakukan suatu analisis kesehatan pada
suatu daerah. Analisis Kesehatan merupakan kajian menyeluruh atau kajian yang
komprehensif guna mendapatkan data selengkap-lengkapnya agar dapat melakukan
upaya yang efektif untuk menanggulangi atau menghadapi ancaman masalah
kesehatan yang terjadi. Hal-hal yang tercangkup dalam kajian analisis adalah seperti
bagaimana pola hidup warga, bagaimana pola makan warga, bagaimana tempat
tinggal mereka dan lain sebagainya akan dibahas dalam makalah ini.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam makalah ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi geografis dan demografis
penduduk Kabupaten Lamongan, Jawa Timur?
2.
Bagaimana pola hidup penduduk di Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo?
3.
Apa upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup penduduk yang tinggal di kawasan Sungai Bengawan
Solo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur?
4.
Apa sajakah etnofarmasi yang biasa
digunakan oleh penduduk yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur?
1.3
Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui kondisi geografis dan
demografis penduduk Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
2.
Mengetahui pola hidup penduduk di
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo.
3.
Mengetahui upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk yang tinggal di kawasan Sungai
Bengawan Solo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
4.
Mengetahui etnofarmasi yang biasa
digunakan oleh penduduk yang tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur.
1.4
Kegunaan
Kajian
dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
analisis kesehatan masyarakat pasca yang tinggal di daerah sungai Bengawan Solo
di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sehingga dapat dijadikan sebagai data ataupun
solusi tambahan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur.
BAB II
ISI
2.1
Kondisi Geografis
Secara
administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12 Kelurahan, 462 Desa. Jumlah
Dusun sebanyak 1.432 Dusun dan Jumlah RT (Rukun Tangga) sebanyak 337.820 Rumah
Tangga. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Tabel 2.1 Wilayah
Administratif Kabupaten Lamongan
No
|
Kecamatan
|
Ibu Kota Kecamatan
|
Jarak ke Ibukota Kabupaten (km)
|
1
|
Sukorame
|
Sukorame
|
51
|
2
|
Bluluk
|
Bluluk
|
41
|
3
|
Ngimbang
|
Sendangrejo
|
39
|
4
|
Sambeng
|
Adirejo
|
31
|
5
|
Mantup
|
Mantup
|
19
|
6
|
Kembangbahu
|
Kembangbahu
|
14
|
7
|
Suglo
|
Suglo
|
17
|
8
|
Kedungpring
|
Kedungpring
|
29
|
9
|
Modo
|
Mojorejo
|
37
|
10
|
Babat
|
Bedahan
|
27
|
11
|
Pucuk
|
Pucuk
|
17
|
12
|
Sukodadi
|
Sukodadi
|
11
|
13
|
Lamongan
|
Lamongan
|
0
|
14
|
Tikung
|
Bakalanpule
|
8
|
15
|
Sarirejo
|
Dermolemaabang
|
14
|
16
|
Deket
|
Deketwetan
|
4
|
17
|
Glagah
|
Glagah
|
14
|
18
|
Karangbinangun
|
Sambopinggiran
|
16
|
19
|
Turi
|
Sukoanyar
|
6
|
20
|
Kalitengah
|
Dibee
|
25
|
21
|
Karanggeneng
|
Karanggeneng
|
24
|
22
|
Sekaran
|
Bulutengger
|
22
|
23
|
Maduran
|
Maduran
|
27
|
24
|
Laren
|
Gampangsejati
|
36
|
25
|
Solokuro
|
Panyaman
|
39
|
26
|
Paciran
|
Paciran
|
44
|
27
|
Brondong
|
Brondong
|
50
|
2.1.1 Letak dan Luas
Kabupaten
Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.
Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º 51‟ 54” sampai dengan 7º 23‟ 6”
Lintang Selatan dan antara 112º 4‟ 41” sampai dengan 112º 33‟ 12” Bujur Timur,
dengan luas wilayah 1.812,80 Km2 atau 181.280 Ha yang sebagian terdiri dari
daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo yang panjangnya ± 65 Km2
dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km2. Batas wilayah Kabupaten Lamongan
sebagai berikut : (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
1.
Sebelah Utara : Laut Jawa
2.
Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
3.
Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto
4.
Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Gambar 2.1 Peta Kabupaten
Lamongan
Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan
181.280 ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0– 25 m
seluas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25– 100 m seluas
45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m.
Secara garis besar wilayah kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga
karakteristik : (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
1. Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif
subur, membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk,
Sarirejo dan Kembangbahu.
2. Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur
berbatuan, tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan
Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan
Solokuro.
3. Bagian tengah–Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari
Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun
dan Glagah.
2.1.2 Topografi
Kondisi
topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilatah di atas
permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan
rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%,
sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian
di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai sepanjang
47 Km, maka wilayah perairan laut bila dihitung 4 mil dari garis pantai kearah
laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km. (Dinkes Kab.
Lamongan, 2014).
Dilihat
dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah
yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar atau dengan
tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket, Turi,
Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah,
Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan Sambeng,
sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang dari
1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. (Dinkes
Kab. Lamongan, 2014).
2.1.3 Iklim
Klimatologi Kabupaten lamongan
adalah daerah dengan iklim tropis yang dapat dibedakan atas dua (2) musim,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan untuk bulan yang lain curah hujan
relatif rendah. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah
kabupaten Lamongan tergolong beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara
bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara
bulan Mei Sampai dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata – rata 20 - 32º C. (Dinkes
Kab. Lamongan, 2014).
2.2
Demografi Penduduk
Sesuai dengan
proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 yang diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI in
out penduduk, hasil penghitungan jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun
2014 tercatat sebesar 1.207.295 jiwa, dengan tingkat kepadatan 666 jiwa per
km2. Puskesmas yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Puskesmas
Paciran yaitu sebesar 1.941 jiwa per km2 dan Puskesmas dengan kepadatan
penduduk terendah Puskesmas Sambeng yaitu 251 jiwa per km2. Dari wilayah kerja
UPT Puskesmas tercatat yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas
Paciran yaitu sebesar 92.966 jiwa, sedangkan UPT Puskesmas dengan jumlah
penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame yaitu 20.521 jiwa dengan kepadatan 495
jiwa per km2. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
Komposisi
penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk
yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun) sebesar 137.504 (11.39%) sedangkan
penduduk yang berusia muda perempuan sebesar 131.140 (10.86%), yang berusia
produktif laki-laki (15-64 tahun) sebesar 407.445 (33.75%) sedangkan berusia
produktif perempuan (15 – 64 tahun ) sebesar 433.299 (35.89%), dan yang berusia
tua laki-laki (> 65 tahun) sebesar 40.501 (3.35 % ) sedangkan yang berusia
tua perempuan (≥ 65 tahun) sebesar 57.406 (4.75%). Dengan demikian maka Angka
Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada
tahun 2014 sebesar 44.00. Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang
dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 582.001 jiwa
penduduk laki-laki dan 618.557 jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan
rasio menurut jenis kelamin adalah sebesar 94.15.
Untuk
komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci menurut kelompok umur dan
jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi
terbesar berada pada kelompok umur 15 – 19 tahun sebanyak 99.651 jiwa. (Dinkes
Kab. Lamongan, 2014).

Gambar 2.2 Piramida Penduduk
Kabupaten Lamongan Tahun 2014
2.3
Mata Pencaharian Penduduk
1.
Kecamatan Sukorame
Struktur mata pencarian dari
kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 2424 orang, sektor jasa/perdagangan
ada 100 orang, sektor industri ada 4 orang, 14 orang TNI/POLRI, 12 orang
guru, 1 orang bidan dan 2 orang mantri kesehatan.
(www.lamongankab.go.id).
2. Kecamatan
Bluluk
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 1587 orang, sektor
jasa/perdagangan ada 76 orang, sektor
industri 3705 orang, 90 orang PNS (Pegawai Negeri
sipil), 62 orang anggota TNI/POLRI. 58 orang menjadi guru,
1 orang menjadi dokter, 1 orang bidan dan 5 orang
mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
3. Kecamatan
Ngimbang
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 1200 orang, 52
orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 17 orang anggota TNI/POLRI,
5 orang guru dan 2 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
4. Kecamatan
Sambeng
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 417 orang, sektor
jasa/perdagangan ada 146 orang, 94 orang PNS
(Pegawai Negeri sipil) , 27 orang anggota TNI/POLRI, 1 orang
bidan dan 1 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
5. Kecamatan
Mantup
Dengan struktur mata
pencarian, Petani sebanyak 1.396 orang, untuk sektor jasa/perdagangan
ada 124 orang sedangkan yang bergerak di sektor industri
ada 21 orang. Ada sebanyak 21 PNS (Pegawai Negeri
sipil) dan 1 warga Desa Sidomulyo yang menjadi
anggota TNI/POLRI. 14 orang menjadi guru, 1 orang bidan
dan 3 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
6. Kecamatan
Kembangbahu
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 77 orang.
(www.lamongankab.go.id).
7. Kecamatan
Sugio
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 908 orang, sektor
jasa/perdagangan ada 46 orang, 754 orang PNS (Pegawai
Negeri sipil), 123 orang anggota TNI/POLRI 55 orang
guru, 1 orang dokter, 5orang bidan dan 2 orang mantri
kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
8. Kecamatan
Kedungpring
Struktur mata pencarian dari
kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).

Gambar 2.3.
Mata Pencaharian di Kecamatan Kedungpring
9. Kecamatan
Modo
Mata pencaharian penduduk
sebagian besar bekerja di sektor pertanian, sebanyak 22.950 jiwa (85,4 %), jasa
dan perdagangan 1.606 jiwa (6 %), Pegawai Negeri 498 jiwa (2 %), industri
kecil/rumah tangga 394 jiwa (1 %) dan di sektor lainnya sebanyak 1.402 jiwa
(5.6 %). (www.lamongankab.go.id).
10. Kecamatan
Babat
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya sektor jasa/perdagangan
ada 6,019 orang, sektor industri
ada 731 orang, 109 orang PNS (Pegawai Negeri
sipil), 38 orang anggota TNI/POLRI, 215 orang
guru,7 orang dokter, 8 bidan dan 12 orang
mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
11. Kecamatan
Pucuk
Struktur mata pencarian dari
kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).

Gambar
2.4. Mata Pencaharian di Kecamatan Pucuk
12. Kecamatan
Sukodadi
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 700 orang, 324
orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 37 orang anggota
TNI/POLRI, 10 orang guru, 8 orang dokter, 10 bidan
dan 3 mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
13. Kecamatan
Sarirejo
Struktur mata pencarian dari
kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).

Gambar
2.5. Mata Pencaharian di Kecamatan
Sarirejo
14. Kecamatan
Karangbinangun
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 587 orang, sektor
jasa/perdagangan ada 4 orang, sektor industri
ada 130 orang, 17 orang PNS (Pegawai Negeri
sipil), 2 orang TNI/POLRI, 1 orang bidan
dan 1 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
15. Kecamatan
Turi
Struktur mata pencarian dari
kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).

Gambar
2.6. Mata Pencaharian di Kecamatan Turi
16. Kecamatan
Kalitengah
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 540 orang,
18 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 11 orang anggota
TNI/POLRI, 6 orang guru, 1 orang bidan dan 3 orang
mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
17. Kecamatan
Karanggeneng
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 238 orang, sektor industri 108
orang, sektor jasa/perdagangan ada 95 orang, 120 orang PNS (Pegawai Negeri
sipil), 9 orang anggota TNI/POLRI, 55 orang guru, 2 orang dokter, 2 orang bidan
dan 4 orang mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
18. Kecamatan
Sekaran
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 712 orang, sektor
jasa/perdagangan 15 orang, 89 orang PNS (Pegawai Negeri
sipil), 19 orang anggota TNI/POLRI, 7 orang guru, 1 orang
dokter, 2 orang bidan dan 7 orang mantri kesehatan.
(www.lamongankab.go.id).
19. Kecamatan
Maduran
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 319 orang, sektor
jasa/perdagangan 86 orang, sektor industri ada 45 orang, 1
orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 8 orang menjadi
guru, 1 orang dokter
dan 1 orang bidan. (www.lamongankab.go.id).
20. Kecamatan
Laren
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 217 orang, sektor
jasa/perdagangan ada 12 orang, sektor industri
ada 42 orang, 17 orang PNS (Pegawai Negeri
sipil), 1 orang anggota TNI/POLRI. (www.lamongankab.go.id).
21. Kecamatan
Solokuro
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 5466 orang, sektor
jasa/perdagangan 33 orang, sektor industri
ada 6 orang, 74 orang PNS (Pegawai Negeri sipil),
5 orang anggota TNI/POLRI, 626 orang guru,1 orang
dokter, 3 orang bidan (www.lamongankab.go.id).
22. Kecamatan
Paciran
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya petani sebanyak 7762 orang,
273 orang PNS (Pegawai Negeri sipil), 21 orang anggota
TNI/POLRI, 6 orang dokter, 6 orang bidan dan 4 orang
mantri kesehatan. (www.lamongankab.go.id).
23. Kecamatan
Brondong
Struktur mata pencarian
dari kecamatan ini diantaranya : (www.lamongankab.go.id).

Gambar 2.6. Mata
Pencaharian di Kecamatan Brondong
Jika dilihat dari uraian di atas, maka secara
umum mayoritas mata pencaharian yaitu pada bidang Pertanian.
2.4
Fasilitas Kesehatan
1.
Puskesmas
Puskesmas
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat kecamatan. Sampai
dengan tahun 2014, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur sebanyak 960 unit
yang terdiri dari 504 Puskesmas Perawatan dan 456 Puskesmas non Perawatan.
Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 berjumlah 33 buah, puskesmas
dengan perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Sedangkan jumlah
puskesmas pembantu pada tahun 2014 sebanyak 109 buah. Selain itu, dalam
menjalankan tugas operasionalnya didukung oleh
puskesmas keliling sejumlah 67 buah. (Dinkes
Kab. Lamongan, 2014).
2.
Rumah Sakit
Rumah
sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, di mana salah
satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Indikator
yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain
dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah
penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebanyak 11
buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus sebanyak 3 buah dan RS Swasta 6 buah. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).
3.
Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah
suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos
Obat Desa (POD). (Dinkes Kab.
Lamongan, 2014).
Posyandu
merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu
menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk
memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu
posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Dari
Profil Kesehatan tahun 2014, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak
1.735 pos, dengan rincian posyandu pratama 70 buah (4.03%), posyandu madya 448
buah (25.82%), posyandu purnama 1.084 buah (62.48%), dan posyandu mandiri 133
buah (7.67%). (Dinkes Kab. Lamongan,
2014).
2.5
Analisis Kebiasaan / Perilaku Penduduk
PHBS adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. (Dinkes Kab.
Lamongan, 2014).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh dinkes kabupaten Lamongan pada tahun 2014, di
kabupaten lamongan rumah yang telah melakukan PHBS hanya sebanyak 65.686 dari seluruh rumah tangga yang ada.
Hal
ini menunjukan bahwa di kabupaten Lamongan sudah lebih dari 50 % yang telah
melakukan PHBS. (Dinkes Kab. Lamongan, 2014).

Gambar 2.7. Rumah Tangga Ber PHBS di
Kabupaten Lamongan Tahun 2104
BAB III
PROMOSI KESEHATAN
3.1
Analisis
Kondisi Lingkungan Sungai Bengawan Solo
Sehat memiliki pengertian
yang sangat luas, yaitu tidak saja terbebas dari penyakit, namun tercapainya
kesejahteraan fisik, sosial, dan mental.Seseorang dapat dikatakan tidak sehat
apabila mengalami gangguan pada salah satu faktor tersebut.Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang penting untuk menentukan kesehatan seseorang.Lingkungan
yang terganggu dapat menyebabkan sakit pada masyarakat yang tinggal di area
tersebut

Gambar 1. Kondisi Sungai Bengawan Solo
(Oktavia et al.,2016)
3.1.1
Aspek
Konservasi Sumber Daya Air
Total lahan kritis di
wilayah sungai Bengawan Solo mulai kategori potensial kritis sampai sangat
kritis pada saat ini mencapai luas kurang lebih 11.398 km2. Di wilayah sungai
Bengawan Solo, erosi dan sedimentasi merupakan salah satu permasalahan yang
mengancam kelestarian fungsi SDA serta keberlangsungan manfaat yang diperoleh
dari upaya pengembangan dan pengelolaan SDA yang telah dilaksanakan. Beberapa
isu terkait dengan erosi dan sedimentasi yang terjadi di WS Bengawan Solo antara
lain:
4
Kegiatan pertanian di daerah hulu yang
tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, termasuk kegiatan pembukaan hutan
secara ilegal untuk lahan pertanian, telah memicu terjadinya proses erosi dan
sedimentasi. , akibat proses erosi yang berlanjut dan kerusakan vegetasi
5
Letusan Gunung Merapi sangat mempengaruhi
keseimbangan sedimen di wilayah sungai Bengawan Solo. Material hasil letusan
Gunung Merapi menyebabkan agradasi dasar sungai sehingga dapat menimbulkan
bencana banjir.
6
Di banyak lokasi pada ruas hulu sungai
Bengawan Solo dan Kali Madiun telah terjadi degradasi dasar sungai, karena
ketidakseimbangan angkutan sedimen, yang disebabkan oleh aktifitas penambangan
pasir. Kondisi ini telah mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada bangunan
perkuatan tebing dan tanggul, pilar jembatan dan lain-lain
Permasalahan konservasi
di wilayah sungai Bengawan Solo adalah:
1. Terus menurunnya kondisi hutan yang
merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang
perekonomian, tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap
keseimbangan ekosistem.
2. Tingkat
kerusakan hutan makin meningkat akibat penebangan liar, kebakaran, perambah
hutan, kurang tenaga pengawas hutan sehingga mengakibakan kerusakan DAS.
3. Lemahnya
penegakan hukum terhadap praktik penebangan liar.
4. Belum
berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa lingkungan.
5. Sedimentasi
waduk karena kerusakan DAS akibat penebangan secara liar .
6. Erosi
dan degradasi dasar sungai akibat penambangan material galian C secara liar.
7. Intrusi
air laut.
8. Air
yang tersedia semakin menipis.
9. Upaya
perlindungan sumber air tidak berjalan optimal karena sebagian lahan
dimanfaatkan oleh petani.
10. Pemanfaatan
ladang tidak sesuai dengan konservasi tanah, erosi tinggi di wilayah
pegunungan.
11. Banyaknya
pelanggaran di sempadan sungai.
12. Rendahnya
kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan
(KepMen PU,2010)
3.1.2
Aspek
Pendayagunaan Sumber Daya Air
Permasalahan pada
pendayagunaan sumber daya air adalah :
1.
Tidak tersedia air, baik secara kualitas
maupun kuantitas terutama pada musim kemarau.
2.
Debit yang tersedia belum mencukupi.
3.
Dana terbatas, saluran yang ada kurang
terpelihara.
4. Distribusi
kurang teratur.
(KepMen PU,2010)
3.1.3
Aspek
Pengendalian Daya Rusak Air
Di beberapa lokasi pada
ruas sungai yang mengalami degradasi dasar sungai telah terjadi longsoran
tebing, destabilitasi dan kerusakan bangunan-bangunan seperti pilar jembatan,
intake pengambilan dan lain-lain dimana rehabilitasi kerusakan-kerusakan
tersebut akan memerlukan biaya yang sangat besar.Permasalahan pada aspek
pengendalian daya rusak air adalah :
1.
Terjadi banjir pada musim hujan di
Bengawan Solo Hilir
2.
Tingkat erosi dan sedimentasi dan
degradasi sungai yang sangat tinggi akibat hutan gundul, hilangnya lapisan
tanah subur.
3.
Pencemaran sungai akibat limbah domestik
dan limbah industri.
4.
Abrasi pantai di Gresik Lamongan dan
Tuban.
5.
Masyarakat bermukim dan beraktivitas di
bantaran sungai.
6.
Belum seluruhnya bangunan pengendali
banjir yang direncanakan dapat terealisasi.
7.
Sistem peringatan dini banjir belum ada di
seluruh wilayah sungai.
(KepMen PU,2010)
3.1.4
Aspek
Peran Masyarakat dan Sistem Koordinasi
Permasalahan utama
pengelolaan SDA dalam aspek peran serta masyarakat adalah sebagai berikut:
1.
Dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pengelolaan SDA, peran masyarakat masih kurang dilibatkan
2.
Masyarakat kurang dilibatkan pada tahap
pelaksanaan konstruksi dalam pengelolaan SDA
3.
Wadah untuk mengkoordinasi masyarakat
dalam upaya pengelolaan SDA sudah terbentuk, namun masih diperlukan konsolidasi
(KepMen PU,2010)
3.2
Permasalahan
di Sungai Bengawan Solo (Sunny,2013)
Bengawan solo termasuk
sungai besar yang idealnya memiliki lebar 300 meter, namun kondisi saat ini
lebar sungai hanya 160-180 meter. Hal ini karena sungai tersebut mengalami
permasalahan. Pinggiran sungai di hulu Bengawan Solo yang kemiringannya 30-40
persen kini menjadi lahan pertanian, hampir tidak ada lahan yang tersisa untuk
hutan atau daerah resapan yang penting untuk kelestarian sumber mata air
Bengawan Solo.
Daerah sempadan Bengawan
Solo yang luasnya mencapai 1,9 juta hektare, kini hilang karena dihuni oleh 7,1
jiwa. Dari jumlah penduduk yang mendiami sempadan Bengawan Solo. Karena
kurangnya pengetahuan penduduk terhadap kelestarian lingkungan Bengawan Solo,
mereka tak peduli dan merusak sungai terbesar di Pulau Jawa itu. Dari 1,9 juta
hektare luas sempadan sungai, 1,13 juta hektare di antaranya dipakai untuk
lahan pertanian.Bengawan Solo meluap setiap musim hujan. Penyebabnya
diantaranya, aliran sungai mulai dangkal karena ada sedimentasi dari lahan
pertanian dan hilangnya sempadan sungai menyebabkan air hujan yang jatuh,
langsung menuju sungai. Padahal, jika sempadan itu asli (berupa hutan), jatuhan
air hujan tak langsung menyentuh permukaan tanah. Hujan mengenai daun
pepohonan, lalu jatuh ke tanah, dan diserap akar-akar pohon. Akar-akar pohon
ini, di samping bisa menyimpan air hujan (menghambat banjir), juga dapat
memasok air untuk Bengawan pada musim kemarau.
Pada sepanjang hulu dan
sempadan Bengawan Solo terjadi erosi. Hal ini di sebabkan karena pada sungai
bengawan solo marak berbagai penambangan pasir, terutama yang diusahakan secara
besar-besaran dengan mesin penyedot. Lubang-lubang besar di dalam sungai
menyebabkan ketidakstabilan tebing yang menimbulkan longsor. (Sumber: Harian
Republika, Sabtu 14 Maret 2009)
Beberapa permasalahan
yang terjadi di wilayah sungai Bengawan Solo, diantaranya:
1.
Kerusakan Ekologi Sungai Bengawan Solo
Akhir - akhir ini terjadi
pendangkalan sungai akibat adanya penggelontoran lumpur, endapan yang masuk
cukup besar sehingga menutup rongga-rongga. Hal ini menjadikan debit air
menjadi tidak stabil. Saat ini, sungai Bengawan Solo layaknya sebagai tempat
pembuangan sampah yang paling praktis. Adanya pencemaran sungai Bengawan Solo
dalam kondisi yang parah. Aktivitas perindustrian memberikan dampak negatif
terjadinya pencemaran sungai. Pembuangan limbah beracun kesungai mengakibatkan
air sungai tidak layak dikonsumsi dan membunuh organisme yang ada di
dalamnya.Akibat pendangkalan di kawasan muara , dapat merambah hingga hutan
bakau dan hutan bakaupun akan menjadi dangkal, ini akan menyebabkan kematian
bagi biota sungai (ikan, udang) yang tidak mempunyai tempat berlindung.Jika
terus berlanjut, kawasan akan menjadi delta atau tanah timbul. Akibatnya selain
ekosistem hancur, dampak besarnya dapat terjadi sengketa. Semakin terjadinya
pendangkalan sungai berakibat luapan air sungai yang berpotensi banjir pada
musim hujan dengan curah hujan tinggi.
2.
Sedimentasi Sungai Bengawan Solo
Hasil studi penanganan
sedimentasi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA)
dikatahui bahwa rata-rata sedimen tahunan dalam periode 1993-2004 sebesar 3,18
juta m3 .Sumber sedimentasi itu berasal dari erosi permukaan tanah, penebangan
pohon di daerah tangkapan air, dan kerusakan DAS yang merupakan lahan pasang
surut.Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian
tanah dari suatu tempat yang tersangkut ketempat lain, baik disebabkan oleh
pergerakan air atau angin (Arsyad, 1983). Proses hidrologi secara langsung dan
tidak langsung akan berhubungan dengan terjadinya erosi, transportasi sedimen,
deposisi sedimen di daerah hilir, serta mempengaruhi karakter fisik, biologi,
dan kimia. Terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor iklim (intensitas
hujan, topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tata guna
lahan
3.
Banjir
Bencana banjir memunculkan dampak langsung terhadap
keselamatan dan kesehatan jiwa seperti kematian karena tenggelam dan terseret
arus banjir, luka dan tersengat listrik. Di Indonesia, banjir merupakan bencana
alam yang paling banyak terjadi yaitu sebesar 5.051 kejadian atau sebesar 37,5%
(BNPB, 2013).
Wilayah Sungai Bengawan
Solo Hilir hampir setiap tahunnya terjadi banjir khususnya Kabupaten
Gresik,Lamongan, Bojonegoro dan Tuban. Sudetan banjir (floodway) Plangwot
Sedayu Lawas sepanjang 12,4 km dengan kapasitas pengaliran debit 640 m3/dtbelum
berhasil mengatasi banjir di hilir Bengawan Solo. Banjir yang terjadi
disebabkan oleh ketidakmampuan sungai dalam mengalirkan debit banjir yang
terjadi serta berkurangnya kemampuan dari fasilitas pengendali banjir seperti
floodway dan beberapa tampungan yang telah dibangun. Berdasarkan data dari
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, kapasitas alur Sungai Bengawan Solo
Hilir adalah 1450 m3/dt–1800 m3/dt (Oktavia et al.,2016)
Wilayah hilir atau muara
/delta sungai bengawan Solo menjadi pemukiman padat penduduk hingga membentuk
kota-kota delta dipulau jawa yakni kota Bojonegoro, tuban, lamongan dan gresik
sebagai muara sungai bengawan. Wilayah muara sungai bengawan solo dewasa ini
sering terjadi langganan banjir akibat meluapnya sungai bengawan terutama kota
bojonegoro, tuban, lamongan setiap musim hujan tiba tiap tahunnya karena
pendangkalan (Oktavia et al.,2016)
3.2.1
Derajat
Kesehatan di Kabupaten Lamongan (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014)
Analisis derajat kerajat kesehatan merupakan salah
satu indikator penting untuk mengukur taraf kesehatan suatu bangsa.Salah satu
ciri suatu bangsa yang maju adalah dimilikinya derajat kesehatan yang tinggi.
Derajat Kesehatan Masyarakat di kabupaten Lamongan pada tahun 2014 dapat diukur
melalui beberapa indikator, yaitu mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan)
dan status gizi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
A.
Angka
Kematian (Mortalitas)
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada
kurunwaktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu,
dapatberupa penyakit maupun sebab lainnya.Salah satu ukuran kematian yang cukup
menjadi perhatian adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian ini
dpublikasikan dengan sebuah indikator yang disebut angka kematian bayi ( IMR ).
·
Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk
yangmeninggal sebelum mancapai usia 1 tahun, yang dinyatakan dalam 1000 tahun
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Berdasarkan BPS Kabupaten Lamongan tahun
2013, AKB di kabupaten ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Gambar
3.1 Tren Angka Kematian Bayi Di Kabupaten Lamongan
Berdasarkan tabel diatas dan data yang ada tahun 2014
angka kematian bayi di kabupaten Lamongan mencapai 10 bayi (1) terdiri dari 5
bayi laki–laki dan 5 bayi perempuan . Dari data yang ada,AKB di Kabupaten
Lamongan mengalami penurunan yang signifikan walaupun nilainya target MDGsuntuk
AKB pada tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan
bahwa, tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan
kesehatan tenagamedis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah
kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidangkesehatan sangatlah
nyata dan membuahkan hasil.
·
Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak
yangmeninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakansebagai angka per
1000 kelahiran hidup. Dari tahun 2003 sampai2012 terjadi penurunan AKABA secara
Nasional yaitu dari 46/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. MDGs menetapkan
nilai normatif AKABA, yaitu SANGAT TINGGI dengan nilai >140 per kelahiran
hidup; SEDANG DENGAN NILAI 20-70 PER 1000 Kelahiran Hidup, dan RENDAH dengan
nilai < 20 per 1000 kelahiran hidup.
Survey AKABA (Angka Kematian Anak dan Balita) di
Kabupaten Lamongan tahun 2014 tercatat sebanyak 12 anak terdiri dari 6 anak
laki-laki dan 6 anak perempuan dengan 1 kematian per 1000 lahir hidup. Angka
kematian anak cukup tinggi di Indonesia disebabkan beberapa hal, antara lain
jumlah orang yang buangair besar (BAB) sembarangan, dan sepertiga anak
Indonesia tidak punya akses kepada air bersih. Tidak adanyasanitasi dan
kebersihan, serta air yang tercemar menyebabkandiare dan penyakit mematikan
lainnya. Sementara itu, sepertigadari jumlah kematian anak di bawah satu tahun
disebabkan oleh diare. Diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk. Faktor
lain, jumlah anak yang tidak di imunisasi lengkap di Indonesia menempati
peringkat ketiga terbesar di dunia.
·
Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu
Indikatorpenting dari derajat KesehatanMasyarakat. AKI menggambarkanjumlah
wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematianterkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidaktermasuk kecelakaan atau kasus insendentil)
selama kehamilan,melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan)tanpa memperhitungkan lama kahamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sector kesehatan.
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lamonganpada tahun
2014, yaitu sebesar 54 per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan jumlah kematian
maternal yang ditangani oleh petugas kesehatan, berdasarkan laporan dari
puskesmas yang diterima Subdin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Lamongan
sebesar 10 orang, terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 1 orang, ibu
bersalin sebanyak 1 orang dan ibu nifas sebanyak 8 orang.
B.
Angka
Kesakitan (Morbiditas)
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa
angkaInsiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit.
Morbiditasmenggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi padakurun waktu
tertentu. Berikut adalah daftar penyakit dengan prevalensi tertinggi yang
terjadi di Kabupaten Lamongan (tabel 1) :
Tabel
1. Prevalensi Penyakit di Kabupaten Lamongan Tahun 2015
No
|
Jenis Penyakit
|
Jumlah Kasus
|
1
|
ISPA
|
47740
|
2
|
Influenza
|
45127
|
3
|
Diare
|
28622
|
4
|
Hipertensi
|
23055
|
5
|
Tifus Klinis
|
11348
|
6
|
DM
|
10094
|
7
|
Diare Berdarah
|
6441
|
8
|
Tersangka TB Paru
|
2277
|
9
|
TB Paru BTA (+)
|
1608
|
10
|
DBD
|
645
|
C. Status Gizi
Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan
permasalahan kesehatan secara umum, disamping merupakan factor predisposisi
yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan
gangguan kesehatan individu.Status gizi pada janin / bayi sangat ditentukan
oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.Dalam mempersiapkan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas, keluarga dan masyarakat mempunyai peran yang sangat
penting.Salah satunya melalui pemenuhan gizi sesuai kebutuhan.Gizi yang tidak
terpenuhi dapat menggangu pertumbuhan balita baik fisik, mental maupun
kecerdasan
Tabel 2. Jumlah bayi gizi buruk di
Kabupaten Lamongan
(BPS Kabupaten Lamongan,2014)
No.
|
Uraian
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1
|
Jumlah balita gizi
buruk
|
729
|
1003
|
448
|
347
|
217
|
2
|
Jumlah balita
|
85.314
|
95.841
|
91.055
|
85.472
|
74.046
|
3
|
Persentase
|
0,85
|
1,05
|
0,49
|
0,41
|
0,29
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya,
angka bayi gizi buruk di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa keadaan gizi balita di Kabupaten Lamongan semakin tahun
semakin meningkat.
3.3
Analisis
Pelayanan Kesehatan (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014)
Dalam melaksanakan program kesehatan di Kabupaten Lamongan
diperlukan dukungan sarana kesehatan yang mencukupi dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Pemerintah Jawa Timur telah melakukan ketersediaan obat di
hampir seluruh wilayahnya, untuk Kabupaten Lamongan ketersediaan obatnya yaitu
110% (menandakan bahwa telah memenuhi ketersediaan obat yang dibutuhkan).
Adapun kondisi sarana kesehatan di Kabupaten Lamongan pada Tahun 2014 dapat
digambarkan sebagai berikut :
· Puskesmas
Puskesmas
di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 berjumlah 33 buah, puskesmas dengan
perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Sedangkan jumlah puskesmas
pembantu pada tahun 2014 sebanyak 109 buah. Selain itu, dalam menjalankan tugas
operasionalnya didukung oleh puskesmas keliling sejumlah 67 buah.
· Rumah
Sakit
Rumah
sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah mengalami banyak
kemajuan, di mana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang
semakin bertambah. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana
rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan
yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan
rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada
tahun 2014 sebanyak 11 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus
sebanyak 3 buah dan RS Swasta 6 buah.
· Sarana
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah
suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos
Obat Desa (POD). Dari Profil Kesehatan tahun 2014, bahwa jumlah seluruh
posyandu yang ada sebanyak 1.735 pos, dengan rincian posyandu pratama 70 buah
(4.03%), posyandu madya 448 buah (25.82%), 99 posyandu purnama 1.084 buah
(62.48%), dan posyandu mandiri 133 buah (7.67%).
3.4
Analisis
Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014)
Analisis kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar pada lingkungan kabupaten Lamongan dapat dilihat
dari perilaku masyarakatnya, yang berupa perilaku penerapan rumah sehat,
Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) sehat, dan rumah tangga
ber-PHBS
a.
Presentase
Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana 93 pembuangan air limbah, ventilasi
rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak
terbuat dari tanah
Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil
Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2014, rumah yang dibina sebanyak 39.846
rumah(40.91%) dari jumlah seluruh rumah yang ada sebanyak 312.915 rumah. Dari
hasil rumah yang dibina terdapat 230.935(73.80%) rumah sehat
b.
TUPM
Sehat
Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan
berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran,
pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki
sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya
pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.
Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan UPT
Puskesmas pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah hotel yang ada maupun yang
diperiksa sebanyak 7 buah dan ada 6 yang memenuhi kesemuanya memenuhi syarat
(85.7%), pada tahun 2014, ada terdapat 476 restoran/rumah makan yang memenuhi
syarat dan 226 yang tidak memenuhi syarat higyene sanitasi, jasa boga sebanyak
49 jasa boga yang memenuhi syarat dan 30 jasa boga yang tidak memenuhi syarat,
depot air minum sebanyak 375 depo yang memenhui syarat dan 134 depo yang tidak
memenuhi syarat dan makanan jajanan sebanyak 1.624 yang memenhuhi syarat dan
1.317 yang tidak memenuhi syarat.
c.
Persentase
rumah tangga ber-PHBS
Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat adalah
rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai
pedoman. Pada tahun Jumlah keluarga yang diperiksa adalah jumlah keluarga yang
dipantau pada tahun berjalan di wilayah kerja Puskesmas tahun 2014 yang
diperiksa sejumlah 107.604 (31.90%) dan yang ber PHBS sebesar 65.686 (61%).
3.5 Analisis Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan.HL Blum menyatakan lingkungan merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Untuk itu diperlukan suatu lingkungan
sehat untuk menjamin kehidupan manusia.Lingkungan sehat adalah lingkungan yang
kondusif untuk hidup sehat, bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan
memadai, permukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, serta terwujudnya
kehidupan yang saling tolong menolong dengan memelihara budaya bangsa.
3.5.1
Analisis
lingkungan saat terjadi banjir
Sebagian besar warga
beranggapan bahwa banjir Sungai Bengawan Solo bukanlah ancaman yang besar, hal
ini karena banjir hanya terjadi pada saat musim hujan sehingga sudah dianggap
sebagai rutinitas tahunan. Lama banjir yang berlangsung dapat mencapai 2-7
hari, bergantung pada curah hujan dan debit sungai. Sebagian warga yang
bermukim di sepanjang DAS telah meninggikan pondasi rumahnya sebesar 0.5-1
meter dari jalan desa atau kampung. Apabila terjadi luapan Sungai Bengawan
Solo, tinggi permukaan air banjir rata-rata adalah 1 meter yang diukur pada
banjir yang menggenangi jalan desa atau kampung. Selain itu, banjir juga
biasanya merendam beberapa ruas jalan desa sehingga warga membutuhkan moda
transportasi dari rumah ke tempat tujuan lain seperti kantor, sekolah, sawah,
atau lokasi pengungsian. Sebagian desa atau dusun pun terisolasi sehingga sulit
untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari seperti air bersih. Meskipun begitu,
setelah banjir surut, tanah endapan di sepanjang DAS yang terbawa banjir sering dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian palawija. Selain itu, lumpur dari banjir pun dimanfaatkan sejumlah
warga untuk bahan baku bata, genting,
dan celengan, sehingga terdapat beberapa industri rumah tangga batu bata dan
genting di sepanjang DAS (Harthana&Soedirham,2014). Selain itu untuk
mengatasi banjir, warga membuat drainase
Dalam menangani penyakit
yang sering melanda kabupaten ini, masyarakat sudah cenderung pergi ke
puskesmas atau rumah sakit. Penggunaan obat herbal untuk pengobatan jarang
bahkan tidak ditemukan, hal ini dapat dilihat bahwa di Kabupaten Lamongan tidak
terdapat praktek pengobatan tradisional (Dinkes Kabupaten Lamongan,2014). Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya berobat ke
puskesmas atau rumah sakit.
3.5.2
Analisis
lingkungan saat krisis air (kategori ringan)
Kebutuhan akan air oleh
manusia tidak ada habisnya, terutama air bersih yang layak untuk keperluan
rumah tangga seperti: mandi , memasak, bahkan yang paling penting adalah untuk
minum. Hal ini bisa dirasakan pada beberapa tahun terakhir. Dimana sumber
maupun tempat penampungan air sudah berkurang, seperti telaga yang berganti
menjadi pemukiman, sumur bor yang airnya kering saat musim kemarau, maupun
sungai-sungai yang tercemar oleh bahan kimia. Hal ini pulalah yang dirasakan
warga di IKK (ibukota kecamatan) Glagah Kabupaten Lamongan. Dimana warga di IKK
Glagah tersebut mengalami kesulitan mendapatkan air bersih yang layak untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlebih lagi saat musim kemarau. Hal ini
disebabkan sungai yang mengalir disekitar IKK Glagah sudah tercemar oleh bahan
kimia dari peptisida maupun zat-zat kimia lainnya yang berasal dari area sawah
dan tambak warga sekitar. Sehingga tidak layak untuk digunakan untuk memenuhi
kebutuhan setiap hari.
Hal tersebut
mengakibatkan daerah lamongan sering terjadi kekeringan, untuk mengatasi hal
tersebut biasanya warga menyediakan tanki yang diisi oleh air hujan saat musim
hujan, atau pihak BPBD melakukan dropping air ke daerah yang membutuhkan
(Zulkifli Lubis dan Nur Azizah Affandy, 2014)
3.6
Rancangan
Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Madulegi, Kabupaten
Lamongan
Untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat di Kabupaten Lamongan, maka dapat dilakukan penyuluhan dan
simulasi dengan rancangan kegiatan sebagai berikut :
Lokasi :
Jalan Raya Karanggeneng No. 110, Madulegi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62253
Tanggal dan Waktu : Sabtu, 6-7 Mei 2017.
Berikut ini adalah Rancangan program kerja
promosi kesehatan masyarakat yang akan dilakukan di wilayah kabupaten Lamongan:
Program Kerja
|
Sasaran
|
Waktu Pelaksanaan
|
Penanggung Jawab
|
Penyuluhan Perilaku Pola Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
|
Masyarakat Madulegi Kabupaten Lamongan
|
Sabtu, 6 Mei 2017
|
Panggih Saputro, S.Farm., Apt
|
Edukasi mencuci tangan dengan
menggunakan sabun yang benar. (Simulasi langsung dengan menggunakan Sabun).
|
Masyarakat Madulegi Kabupaten Lamongan
|
Sabtu, 6 Mei 2017
|
Panggih Saputro, S.Farm., Apt
|
Penyuluhan tentang Gerakan Keluarga
Sadar Obat (GKSO).
|
Masyarakat Madulegi Kabupaten Lamongan
|
Minggu, 7 Mei 2017
|
Panggih Saputro, S.Farm., Apt
|
3.7
Materi
Penyuluhan
3.7.1
Perilaku
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Materi
penyuluhan PHBS meliputi 4 bidang yaitu
1. Bidang
Farmasi dan Gizi
Dalam
bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya :
·
Memberikan bayi asi eksklusif
·
Mengonsumsi garam beryodium
·
Makan dengan gizi seimbang
2. Bidang
penyakit dan Kesehatan lingkungan
Dalam
bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya:
·
Menghuni rumah sehat
·
Punya persediaan air yang bersih
·
Punya pembuangan limbah
·
Punya akses jamban
3. Bidang
KIA dan KB
Dalam
bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya:
·
Memeriksakan Kehamilan
·
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
·
Mengikuti kegiatan posyandu seperti
menimbang badan rutin, dan imunisasi dasar lengkap
4. Bidang
pemeliharaan kesehatan
Dalam
bidang ini hal hal yang perlu disampaikan misalnya:
·
Punya jaminan pemeliharaan kesehatan
·
Memanfaatkan sarana kesehatan yang ada
disekitar lingkungan
Dalam
melakukan penyuluhan kepada masyarakat dapat digunakan beberapa alat, salah
satunya adalah dengan menggunakan poster, berikut ini adalah contoh poster
PHBS:

Gambar 3.2 Contoh poster perilaku bersih dan sehat pada
masyarakat
3.7.2
Langkah-
langkah CTPS
1.
Basahi kedua telapak tangan setinggi
pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut

2.
Usap
dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Jangan lupa jari-jari
tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan
ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5. Gosok dan
putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan
ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

7. Bersihkan
kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian
diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir
lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

3.7.3
Penyuluhan
tentang Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO)
Daerah
pinggiran sungai bengawan solo merupakan daerah yang rawan sekali terjadi
banjir seingga banyak terjadi kasus penyakit seperti diare, demam dan penyakit
kulit lainnya oleh karena itu masyarakat didaerah sekitar sungai bengawan solo
harus mendapatkan perawatan untuk berbagai macam penyakit yang diderita. Oleh
karena itu masyarakat perlu mengetahui bagaimana melakukan pengobatan yang
mereka butuhkan. Sehingga dibutuhkan kesadaran tentang obat untuk penyakit yang
mereka derita. Dalam progam ini masyarakat mendapatkan materi tentang
pengobatan yang dapat dilakukan oleh diri sendiri dan bagaimana cara
mendapatkan dan mengelola obat yang baik dan benar. Salah satu contoh gerakan
keluarga sadar obat ini adalah “DAGUSIBU” yang merupakan singkatan dari
Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang. Berikut merupakan penjelasan mengenai
DAGUSIBU.
·
DA (Dapatkan Obat Dengan Benar)
Belilah obat di tempat yang paling terjamin, yaitu di
Apotek. Penyimpanan obat di Apotek lebih terjamin sehingga obat sampai ke
tangan pasien dalam kondisi baik (keadaan fisik dan kandungan kimianya belum
berubah). Pastikan Apotek yang dikunjungi memiliki ijin dan memiliki Apoteker
yang siap membantu pasien setiap saat.
·
GU (Gunakan Obat Dengan Benar)
Gunakan obat dengan benar. Penggunaan obat harus sesuai
dengan aturan yang tertera pada wadah atau etiket. Obat jenis antibiotik harus
dikonsumsi sampai habis. Pastikan Apoteker memberitahukan cara pemakaian obat
yang diberikan dengan jelas, khususnya untuk obat dengan sediaan yang tidak
terlalu dikenal oleh masyarakat umum.
·
SI (Simpan Obat Dengan Benar)
Supaya obat yang kita pakai tidak rusak maka kita perlu
menyimpan obat dengan benar, sesuai dengan petunjuk pemakaian yang ada di dalam
kemasan. Kebanyakan obat tidak boleh terpapar oleh sinar matahari secara
langsung untuk itu obat perlu disimpan di tempat yang tertutup dan kering.
Selain itu jauhkan obat dari anak-anak dengan menyimpannya di tempat yang sulit
dijangkau oleh anak-anak.
·
BU (Buang Obat Dengan Benar)
Bila obat telah kadaluarsa atau rusak maka obat tidak
boleh diminum, untuk itu obat perlu dibuang. Obat jangan dibuang secara
sembarangan, agar tidak disalahgunakan. Obat dapat dibuang dengan terlebih
dahulu dibuka kemasannya, direndam dalam air, lalu dipendam didalam tanah.
3.8
Sumber
Daya yang Dimanfaatkan
Promosi
kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat bantaran sungai bengawan
solo khususnya di daerah kabupaten Lamongan dilakukan di halaman Puskesmas
Karanggeneng yang terletak di Karang Geneng. Karang Geneng sendiri masuk dalam
lima kecamatan di Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur, dinyatakan berstatus siaga banjir Sungai Bengawan Solo, terhitung Sabtu,
26 November 2016. Status ini mengacu terjadinya banjir di Bojonegoro dan Tuban,
yang juga dilewati Sungai Bengawan Solo.
Lima kecamatan di Lamongan yang dinyatakan siaga banjir,
yaitu Babat, Leran, Glagah, Karang Geneng, dan Kali Tengah. Kecamatan tersebut,
lokasinya dilewati Sungai Bengawan Solo, yang kini meluap akibat banjir dari
hulu (Sujatmiko, 2016).
Sarana
dan prasarana yang digunakan antara lain ; layar, proyektor, alat peraga untuk
kegiatan penyuluhan promosi kesehatan. Serta keterlibatan tenaga kesehatan
yaitu dokter, apoteker, perawat yang diharapkan akan memberikan penjelasan
secara menyeluruh kepada masyarakat terkait promosi kesehatan yang berpusat
pada peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat daerah bantaran sungai
bengawan solo.
Hal yang paling penting dalam kesuksesan
pelaksaan penyuluhan kesehatan adalah keterlibatan masyarakat. Diharapkan
masyarakat turut aktif dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dari promosi
kesehatan yang telah diberikan.
3.9
Analisis
Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat
Berdasarkan
analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, Threat), faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan
promosi kesehatan ini adalah sebagai berikut :
Faktor penunjang :
1.
Kekuatan (Strenght)
-
Keinginan untuk membantu sesama.
-
Bekal ilmu yang didapat di bangku
perkuliahan.
-
Sumber daya manusia yang memadai.
2.
Keuntungan (Opportunity)
-
Adanya keberadaan pihak lain yang memiliki
kepentingan yang sama sehingga dapat diajak kerja sama, seperti dinas kesehatan
dan lain-lain.
-
Tingginya frekuensi terjadinya banjir
sehingga masyarakat diharapkan akan antusias dengan penyuluhan kesehatan ini.
3.
Kelemahan (Weakness)
-
Sumber dana yang terbatas.
-
Sulit menentukan waktu pelaksanaan
penyuluhan kesehatan sehingga partisipasi masyarakat dapat maksimal.
4.
Ancaman (Threat)
-
Jarak lokasi yang cukup jauh.
-
Pengajuan izin kegiatan cukup rumit.
3.10
Pemantauan
dan Evaluasi Penyuluhan Kesehatan
Pemantauan penyuluhan merupakan upaya me- review kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah
pelaksanaan program sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Pemantauan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan melakukan diskusi dengan masyarakat yang mendapat penyuluhan kesehatan,
wawancara mendalam terutama dengan tokoh masyarakat yang terlibat, observasi,
angket, dan artikel. Pemantauan dapat dilakukan oleh pelaksana program maupun
dengan instansi lain yang diajak bekerja sama untuk melaksanakan penyuluhan
kesehatan. Pemantauan dapat dilaksanakan langsung saat pemberian materi maupun
berkala dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya
sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi
merupakan usaha tindak lanjut mengolah hasil pemantauan untuk mendapatkan nilai
yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu program serta merumuskan saran
untuk pelaksanaan program selnajutnya. Evaluasi dapat dilakukan saat pelaksanaa
program maupun berkala dalam kurun waktu tertentu atau di akhir pelaksanaan
program. Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui
hasil programnya dan ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk
mencapai tujuan secara efektif, (Klineberg).
Berdasarkan
definisi di atas, proses ini mencakup langkah-langkah:
a.
Memformulasikan tujuan
b.
Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukess
c.
Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses
d.
Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya
Ada tiga aspek yang perlu dinilai untuk mengetahui apakan
mencapai indikator keberhasilan atau tidak, yaitu aspek knowledge (pengetahuan), attitude
(sikap), psikomotorik (praktik). Cara penilaiannya sendiri dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya :
1. Tes tulis untuk mengukur aspek
pengetahuan. Contoh, pre-test dan post-test sebelum dan sesudah pemberian
materi promosi kesehatan.
2. Penentuan skala sikap untuk mengukur
aspek sikap. Contoh, skala sikap setuju/menerima dengan tidak setuju/menolak.
3. Intensitas praktik dan kesesuaiannya
dengan materi. Contoh, Apakah perilaku hidup bersih dan sehat telah diterapkan
sesuai dengan pedoman yang ada.
Dalam melakukan evaluasi, terdapat
beberapa aspek penilaian meliputi :
a. Input
(masukan) : Kemampuan peserta, bahan/isi/materi, metode, media, kemampuan
penyuluh.
b. Proses :
Pelaksanaan promosi kesehatan
c. Outputs :
Hasil dari pendidikan kesehatan à pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap
dan keterampilan
d. Outcome
(dampak) : Dampak dari pendidikan kesehatan è peningkatan PHBS
e. Hasil
(Kesimpulan) : Bergantung pada tujuan promosi kesehatan, dikategorikan berhasil
apabila peserta pendidikan kesehatan dapat:
·
Memahami pesan pendidikan kesehatan
·
Sikapnya baik (menerima/setuju)
·
Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan
kesehatan
Daftar Pustaka
BNPB. 2013. Data dan Informasi BencanaIndonesia (DIBI):
Jenis Bencana di Indonesia; Jumlah KorbanBencana di Indonesia. Tersedia
di: http://www.bnpb.go.id
(Diakses
26 April 2017)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Lamongan . 2013 .
Tersedia online di https://lamongankab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/406
(Diakses 26 April 2017)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Lamongan . 2014 .
Tersedia online di https://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/151
(Diakses 26 April 2017)
Badan Pusat Statistika Kabupaten Lamongan . 2015
.Tersedia onlined di https://lamongankab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/520
(Diakses 26 April 2017)
Dinas
Kesehatan Kabupaten Lamongan. 2014. Profil
Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2014. Lamongan: Pemerintah Kabupaten
Lamongan
Harthana, T. dan Soedirham, O. 2014.Faktor Determinan
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun saat Banjir Bengawan Solo di Bojonegoro.Jurnal Promkes: Vol 2, No 2 Desember 2014:
160-172
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum . 2010 . Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo. Jakarta : Kementerian
Pekerjaan Umum
Oktavia et al., 2016 . Analisis Tinggi Muka Air
Bengawan Solo Hilir Akibat Adanya Floodway dengan Metode Jaringan Syaraf
Tiruan. Jurnal teknik pengairan konsentrasi sistem informasi sumber daya air
Otto
Klineberg. 1954. Social Psychology. New
York : Kenri Hott 4 Company.
Sunny. 2013. DELTA SUNGAI BENGAWAN SOLO (DELTA MUARA
UJUNGPANGKAH. Tersedia online di
http://blogs.unpad.ac.id/sannytriutami/2013/05/29/delta-.sungai-bengawan-solo-delta-muara-ujung-pangkah/ (Diakses 26 April 2017)
Zulkifli Lubis dan Nur Azizah Affandy. 2014 .
Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Jurnal Teknik:
6(2):2085-2089
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/26/058823430/5-kecamatan-di-lamongan-siaga-banjir-bengawan-solo (Sujatmiko)
Lampiran
Komentar
Posting Komentar