Langsung ke konten utama

Sebuah Tragedi



Wanita itu berteriak dengan suara tersengal-sengal, ia berkata,
“aku tidak akan pernah kembali. Selamanya, aku tidak akan kembali.
          Ah... seandainya ayahku tahu ? bagaimana seandainya suamiku tahu ?
          Aku bertoubat... aku mau bertaubat... aku tidak mau kembali... kapanpun aku tidak mau kembali.
          Aku mohon, tolong kalian tutupi aku.
          Aku akan campakkan... aku akan hancurkan... aku akan berrhenti.
          Ini hanyalah usaha... hanya usaha...
          Aku mohon... aku mohon... jangan kalian hancurkan hidupku.
          Apakah kami mencelakakan hidupmu? Apakah kami membinasakanmu?
Ataukah engkau yang melakukan perbuatan itu sendiri?”
Suaranya pun mulai mereda sedikit-demi sedikit dan tenggelam dalam penyesalan yang nyata. Ia larut dengan kata-kata penyesalan yang keluar dari lubuk hatinya.
Seorang petugas Hisbah berkata kepadanya, “waktu itu, wahai saudariku ... tidakkah engkau mengingat keagungan Allah dan betapa ia melihatmu? Bagaimana kondisimu kelak ketika engkau berada dihadapan-Nya?
Ketika gentingnya hari Kiamat dan ketika disingkapkannya seluruh rahasia?
Apakah yang terjadi padamu ketika orang-orang pendosa diarak ke Jahanam dengan rantai dan belenggu?
Apakah yang terjadi padamu tatkala engkau diletakkan didalam kuburmu sendiri?
Wahai saudariku, apakah waktu itu engkau tidak mengingat suamimu yang ia adalah surga dan nerakamu?
Anakmu, wahai saudariku, manakala ia menoleh kekanan dan kekiri mencarimu, lalu berteriak, ‘ibuku... ibuku...’ tidak ada yang mendengarnya, kecuali hanya suaranya dalam kesendiriannya, ketakutan dan cemas.”
Tangisannya pun pecah untuk kedua kalinya, ia pun berkata,
“cukup ... cukup .... aku mohon ... engkau makin merobek hatiku... tangisan ini makin memberatkanku ... ini hanyalah kelalaian... ini semata kecerobohanku.
Aku akan menceritakan kepadamu seluruhnya...
Bagaimana aku terjerumus dan bagaimana aku tergelincir..”
Dengan suara parau ia berkata, “aku mohon, jangan beri tahu ayahku. Ia akan mengakhiri hidupnya karenaku atau aku akan mengakhiri hidupku karenanya. Jangan beritahu suamiku. Nanti aku akan disia-siakan dan hidup terlunta-lunta.”
Ia pun menarik napasnya panjang-panjang, lalu bercerita,”dulu aku adalah perempuan yang bahagia dan tentram menjalani hidupku. Aku tidak menginginkan dunia lagi selain suami dan anakku.
Suamiku adalah sosok yang memiliki akhlak dan adab yang baik. Anakku yang sekarang berumur dua tahun selalu membuatku tersenyum dan menyenagkan hatiku.
Aku adalah wanita yang tidak pernah mengenal lelaki selain suami dan mahramku. Aku sebelumnya juga tidak pernah melihat lelaki asing yang dan berbicara kepada mereka. Setiap kali aku pergi kepasar, aku selalu sopan dan memakai pakaian yang tertutup dan syar’i.
Seharipun aku tidak pernah pergi kepasar, kecuali hanya untuk membeli kebutuhanku, lalu pulang bersama suami dan anakku kerumah.
Selama aktivitasku yang selalu pulang-pergi ke pasar, aku mulai memperhatikan niqab (cadar) yang dikenakan oleh sebagian wanita. Aku berkata dalam hatiku, ‘bagaimana jika seandainya aku coba dulu?’
Jiwaku mengesankan kalau aku masih berada dijalan yang benar. Akupun mencoba melihat apa yang aku beli dengan jelas. Aku merasa masih berpakaian sopan, tetapi aku tidak tahu bahwa barang bawaanku itu mengandung bisa dan racun mematikan sehingga perlahan-lahan aku mulai suka memakainya, bahkan sudah menjadi barang penting bagiku. Terkadang aku merasa ada sesuatu yang janggal, aku langsung menepisnya. Hari-hariku makin berubah, begitu juga gaya hidupku dan cara berpikirku. Oleh karena itu, aku mulai gemar pergi kepusat-pusat perbelanjaan—membeli pakaian, dengan bayangan mencari celah yang sebenarnya sepele, seperti sedikit noda sehingga suatu hari nanti aku bisa meminta izin pergi membeli ssesuatu, lalu datang kembali untuk mengembalikannya. Kadang aku sengaja beli pakaian yang ukurannya tidak sesuai dengankuagar bisa aku jadikan alasan untuk pergi keluar rumah. Aku memang mencari sesuatu, tetap aku tidak tahu apa itu. Aku merasa bahwa aku mulai terjerumus, tetapi aku tidak begitu peduli.
Dari jauh aku melirik beberapa orang laki-laki dengan jelas sekali. Aku melihat beberapa kali pandangan kekaguman—demikianlah godaan nafsuku padaku. Tiba-tiba telingaku mendengar rasa kagum, pujian, dan beberapa kalimat mereka begitu saja bahwa mereka melihat mata yang indah itu! Mata yang lebar itu!
Di sinilah terjadi awal tragedi itu. Peristiwa pandangan mata itu berhasil membakar hidupku. Aku selalu bingung, merasa takut. Terkadang... terkadang takut kepada Allah, kemudian jeritan anakku memecah kesunyian disekitarku, kemudian suara dari dalam hatiku. Hentikan... janganlah... hati-hatilah... jangan engkau sampai larut!   
Namun, perlahan-lahan aku mulai memiliki keinginan untuk tergelincir dan rasa takutku mulai meredup. Dan pada hari itu aku mendengar kata-kata gombal dan mataku terpaku melihat senyumnya. Ia terus berkata-kata, kata-kata yang menari-nari didepan mataku, tibalah rasa senang yang semu, dan aku pin mendapatkan nomor handphonenya.
Kami mulai disana.... dan kami akhri disini ... permainan itu berakhir ... masa berkahir hening berkepanjangan ... berakhir penyesalan berkepanjangan ... dan berakhir duka berkepanjangan ...
Kisah wanita itu saya kutip dengan ringkas. Wanita itu akhirnya meneguk penyesalan dan kepahitan yng mencekik. Sesungguhnya itu adalah sebuah tragedi. Sungguh sebuah tragedi ... ia hanya bisa bersedih dan menyesali waktu yang sebentar itu yang ia jalani dengan kesenagan semu dan bergelimang keharaman. Namun, apa guna kesedihan itu? Apakah penyesalan itu masih berguna, wahai hamba Allah!
Begitu banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diperoleh dari kisah tersebut diatas. Wahai saudariku seiman, dinegeri itu seorang wanita yang memakai pakaian tertutup secara syar’i. Namun, kerana adanya godaan hingga ia menanggalkannya dan beralih untuk mengenakan cadar saja telah menjerumuskannya kedalam penyesalan... kesengan semu... dan bergelimang keharaman...
Nah, bagaimana dengan keadaan kita saat ini saudari seimanku. Begitu banyak wanita yang mengenakan kerudung/jilbab dan pakaian tertutupnya namun tampak membungkus saja... masih banyak wanita yang berkerudung dan menyerupai pakaian laki-laki (memakai celana), masih banyak wanita yang tak peduli ketika kaki mereka tersingkap dan dilihat oleh banyak orang, masih banyak wanita yang bahkan sampai saat ini memiliki 1001 alasan untuk tidak berhijab... tak terrpikirkah olehmu wahai anak cucu Adam bahwa seyogyanya ada 1 jt x bahkan lebih, beragam potensi yang akan menjerumuskan kita terhadap kisah diatas bahkan lebih tragis dari itu.
Wahai saudariku seiman yang dirahmati oleh Allah, teguhkanlah hatimu, teguhkanlah jiwa dan fisikmu... tak ada penundaan untuk hijrah, hijrah menuju kebaikan, hijrah dengan mengenakan pakaian tertutup secara syar’i. Mengenakan kerudung dan pakaian yang tidak nampak membungkus, menjaga kaki kita dari pandangan yang bukan mahram, menjaga akhlak kita sejatinya wanita muslimah. Insya Allah....
Dalil atas kewajiban ini adalah firman Allah SWT tentang bagaimana seorang wanita mukmin berpakaian :
وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Janganlah mereka menampakkan perhiasan-nya, kecuali yang (biasa) tampak pada dirinya. Hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya (QS an-Nur [24]: 31).
Juga firman Allah SWT dalam al-quran :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS al-Ahzab [33]: 59)
Dalam hal ini, diriwayatkan dari Ibn Umar bahwa Rasul SAW. pernah bersabda:
مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ فَكَيْفَ يَصْنَعْنَ النِّسَاءُ بِذُيُولِهِنَّ قَالَ يُرْخِينَ شِبْرًا فَقَالَتْ إِذًا تَنْكَشِفُ أَقْدَامُهُنَّ قَالَ فَيُرْخِينَهُ ذِرَاعًا لاَ يَزِدْنَ عَلَيْهِ
“Siapa yang menjulurkan pakaiannya karena sombong, Allah tidak memandang dirinya pada Hari Kiamat.” Lalu Ummu Salamah berkata, “Lalu bagaimana perempuan memperlakukan ujung pakaiannya.” Rasul menjawab, “Hendaknya mereka menjulurkan-nya sejengkal.” Ummu Salamah berkata, “Kalau begitu tersingkap kedua kaki mereka.” Rasulullah pun menjawab, “Hendaknya mereka menjulurkannya sehasta, jangan mereka lebihkan atasnya.” (HR at-Tirmidzi; ia menyatakan hadis ini hasan-shahih).
Insya Allah, semoga kita semua termasuk sedalam golongan yang bertakwa, istiqomah dan selalu mengamalkan Al-quran dan As-sunnah. Insya Allah
 Sumber :
           https://thegirlwithbrokenwings.wordpress.com/2014/04/26/dalil-dalil-mengenai-wajibnya-menggunakan-hijab-syari/

          Muhammad Bin Riyadh al-Atsari. 2016. Affaf “Menjaga Kesucian Diri”. Tinta Medina. Solo



Komentar

Postingan populer dari blog ini

_ Profesi Apoteker __

Dear All... Before we start all of this story... I just wanna say that " Buat kalian semua yang ingin atau akan bertanya seputar Apoteker Unpad, mohon untuk menanyakan rasa penasaran kalian ke mereka lulusan atau angkatan terbaru dikarenakan sistem yang selalu upgrade" (revisi,12/04/19).     :) Hey guys... Welcome to my simple blog My name is Esni La Tambuasa... Pepatah yang pastinya Reader udah pada sering dengar semua yaitu ‘tak kenal maka tak sayang’... so openingnya kita kenalan aja dulu.. #ea Well kali ini aq mw berbagi kisah perjuangan anak sulawesi yang merantau ke jawa buat ngelanjutin studinya... yah aq esni trendnya ezny lulusan S1 Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar angkatan 2012... moment ketika aq dpat gelar S.Farm yah setahun lalu tepatnya tgl 26 April 2016... fleshback kemasa lalu yh.. Reader jangan pda baper yah pas bahas tentang simple past... Jadi, masalah baru akan muncul berentetan ketika kita udah menyandang gelar bar...

Skenario Konseling Pasien ISK

SKENARIO KONSELING TAHAPAN CONTOH KALIMAT 1.       Pengenalan Assalamualaikum... Selamat siang Ibuu/Bpk, perkenalkan nama saya Esni saya apoteker di apotek ini. Boleh minta waktunya sebentar bu ± 5 menit saja. Saya akan menjelaskan tentang informasi penggunaan obat yang ibu dapatkan agar pengobatannya lebih efektif dan ibu cepat sembuh. 2.       Penilaian Awal/ Identifikasi Tujuan : Menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi Hal-hal yang perlu di perhatikan : o   Pasien baru/pasien lama o   Peresepan baru/ peresepan lama/ OTC o   Identitas pasien (ditebus oleh pasien atau keluarga pasien) Dalam memberikan konseling, sebaiknya digunakan pertanyaan terbuka (pertanyaan yang membuat pasien memberikan penjelasan seputar penyakit ataupun obat yang digunakan). Jangan gunakan pertanyaan tertutup (pertanyaan yang ...

DEKLARASI HELSINKI & FASE III UJI KLINIS

FARMASI INDUSTRI Disusun oleh: Harianto 260112160503 Poppy Sarah J 260112160519 Maria selviana R 260112160535 Esni 260112160537 Ratna Fitria E 260112160577 Dhany Alghifari 260112160601 FAKULTAS FARMASI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017 I.               DEKLARASI HELSINKI A.       PENDAHULUAN 1.         World Medical Association (WMA) telah mengembangkan Deklarasi Helsinki sebagai pernyataan prinsip-prinsip etika untuk penelitian medis yang melibatkan subjek manusia , termasuk untuk memperoleh data identifikasi terhadap manusia. Deklarasi ini dimaksudkan sebagai rujukan secara keseluruhan dan masing-masing konstituen paragraf tidak harus diterapkan tanpa pertimbangan semua ayat-ayat relevan lainnya. 2.   ...